Wagub: Penelitian Gunung Padang Harus Dikembangkan
Oleh: Yuga Khalifatusalam

Jurnal Bandung – Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar meminta penelitian situs Gunung Padang terus dikembangkan. Terlebih kini banyak ditemukan berbagai hal baru yang diyakini bisa menguak jawaban atas peninggalan tersebut.
Deddy pun setuju jika penelitian dikembangkan di zona kawasan Gunung Padang. Menurutnya, pro kontra yang kini terjadi jangan dijadikan hambatan untuk terus melanjutkan penelitian.
“Biarkan polemik berlangsung, tapi penelitian tetap harus dilanjutkan. Sehingga bisa mendapatkan kepastian,” kata Deddy di Gedung Sate, Kota Bandung, Kamis (11/12).
Deddy menjelaskan, kini tim peneliti telah menemukan hal baru yang berkaitan dengan situs Gunung Padang. Bahkan, katanya, situs Gunung Padang ini dikelilingi oleh situs-situs lainnya.
“Ternyata di sana bukan hanya situs Gunung Padang saja. Ini informasi baru,” ucapnya seraya menyebut peneliti pun sudah mendapatkan informasi baru terkait situs-situs yang mengelilingi itu.
Deddy menjelaskan, pihaknya sepakat untuk menyelamatkan dan menggali potensi situs Gunung Padang dan situs-situs yang ada di sekelilingnya.
“Beberapa situs harus dilindungi, bukan hanya Gunung Padang,” ucapnya.
Sebelumnya, para peneliti Gunung Padang mulai menemukan sistem pemukiman di situs peninggalan tersebut. Ini ditandai dengan ditemukannya situs-situs yang mengelilingi situs Gunung Padang.
Ketua Bidang Arkeologi dari Universitas Indonesia Ali Akbar mengatakan, secara kebudayaan, situs itu tidak mungkin berdiri sendiri. Sehingga, menurutnya, keberadaan situs tersebut tak lain hasil tangan manusia.
“Pasti ada suppport-nya, tidak mungkin ada rumah berdiri sendiri. Ada tempat bercocok tanam, pemakaman, pasar atau lainnya,” kata Ali.
Indikasi sistem pemukiman itu terlihat dari situs-situs yang mengelilingi.
“Kita sudah survei dalam radius dua kilometer, itu cukup intensif, dan yang selektif dalam radius lima kilometer. Ternyata di barat situs Gunung Padang ada Pasir Karuhun. Kita menemukan adanya batu tunggal tepat berada di tengah bukit (monolite) dan di beberapa situs selain di Gunung Padang. Itu menjadi indikasi adanya orientasi pemujaan. Tapi memang harus diteliti lebih lanjut lagi,” bebernya.
Namun, menurutnya, terdapat hal yang lebih menarik, yakni adanya struktur-struktur batu dari Gunung Padang yang mengarah ke Gunung Karuhun.
“Kemungkinan memang ada aktifitas dari Gunung Padang ke Karuhun, atau sebaliknya. Sementara di selatan ada pundan berundak di Ciukir, sebanyak tiga teras,” jelasnya.
Dia pun menjelaskan, terdapat punggungan atau penghubung antara daerah Ciukir dengan Gunung Padang. Selain itu, lanjutnya, di wilayah timur situs Gunung Padang dalam area empat kilometer terdapat pasir keramat.
“Kita menemukan batu yang sama dengan di Gunung Padang, itu disusun seperti sebuah makam. Artinya, sebaran batu yang disusun menjadi satu struktur itu bisa sampai area lima kilometer. Itu yang kita rekomendasikan, agar dilakukan penelitian,” katanya.
Lebih lanjut Ali katakan, pihaknya tengah mempelajari situs lain yang saling berhubungan dan berdekatan serta memiliki kesamaan budaya. Untuk zona inti luasnya 29,1 hektare yang sudah ditetapkan dengan SK Menteri tahun 2014.
“Oleh karena itu segala aktifitas harus sesuai aturan, UU Cagar Budaya Nomor 11 tahun 2010. Sementara zona lainnya, zona penyangga, pengembangan, itu belum ditetapkan,” katanya.
Terkait zona tersebut, pihaknya berharap tidak ada pembangunan yang bisa mengubah situs. Pihaknya merekomendasi agar zona inti seluas 29,1 hektare dan zona penyangga dua kilometer tidak dibangun.
“Jangan ada pembangunan di zona inti,” katanya.
Dia pun menjelaskan, situs Gunung Padang memiliki misteri dari sisi pemandangannya.
“Pada malam bulan purnama 7 Desember kemarin, tim kami melacak ternyata sampai Gunung Salak dan Halimun kelihatan. Itu yang kita harapkan zona pemandangan, view sebenarnya, landscape budaya itu dipertahankan dari selatan sampai utara. Selain itu juga ke atas, sebenarnya ada tatanan yang sampai ke langit di mana di situs Gunung Padang itu pengamatan bintang bisa sangat jernih. Bisa lihat bintang jatuh. Dan bintang pada masa lalu kemungkinan besar dimaknakan budaya, tapi entah apa,” pungkasnya.