Tol Cigatas Rampung, Bandung-Pangandaran Hanya 2 Jam

Oleh: Bayu Wicaksana

Foto net
Foto net

Jurnal Bandung – Rencana pembangunan Jalan Tol Cileunyi-Garut-Tasikmalaya (Cigatas) semakin mendekati kenyataan. Bahkan, pembangunan jalan bebas hambatan ini akan disambungkan hingga Ciamis, Banjar, dan Pangandaran. Tidak hanya itu, jalan tol ini pun menurut rencana akan disambungkan hingga ke Yogyakarta.

Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat Iwa Karniwa mengatakan, kini tengah dilakukan feasibility study (FS) pembangunan Tol Cigatas. Diharapkan, FS yang menggunakan dana APBD Provinsi Jabar ini akan tuntas pada bulan depan, untuk selanjutnya dimasukan ke dalam Program Pembangunan Jalan Tol Proyek Strategis Nasional.

Iwa menjelaskan, pihaknya juga terus berkoordinasi, baik dengan pemerintah pusat maupun kabupaten/kota. Upaya sinkronisasi itu dilakukan demi percepatan pembangunan jalan tol tersebut.

Berkaca pada pembangunan jalan tol sebelumnya, berbagai persoalan yang memakan waktu sering terjadi karena tidak maksimalnya sinkronisasi antarpihak terkait itu.

“Sesuai arahan Presiden, harus ada harmonisasi antara pusat, provinsi, dan kabupaten/kota. Kami melakukan koordinasi lanjutan untuk mempercepat proses, baik pelaksanaan FS maupun konstruksi,” jelas Iwa kepada jurnalbandung.com di Gedung Sate, Kota Bandung, Rabu (15/6).

Iwa menjelaskan, hingga saat ini, terdapat tiga alternatif trase pembangunan jalan tol yang menghubungkan Kota Bandung dengan Banjar sejauh 100 kilometer itu.

Trase pertama, yakni Gedebage-Majalaya-Nagreg-Limbangan-Cibatu-Malangbong-Rajapolah-Tasikmalaya-Ciamis-Banjar. Kedua, Gedebage-Majalaya-Nagreg-Limbangan-Cibatu-Garut-Singaparna-Tasikmalaya-Ciamis-Banjar. “Ketiga Gedebage-Majalaya-Nagreg-Limbangan-Garut-Tasikmalaya-Ciamis-Banjar,” sebut Iwa.

Masing-masing trase tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan mengingat kondisi alam yang berbeda. Trase pertama kondisi tanahnya berbukit, tidak rawan longsor, dan tidak memotong sawah.

Trase kedua memiliki kontur tanah berbukit, tidak rawan longsor, tapi memotong sawah sehingga terdapat kondisi tanah yang lunak. “Kalau trase ketiga tanahnya berbukit, rawan longsor, tapi tidak memotong persawahan,” jelasnya.

Melihat kondisi itu, Iwa menduga trase pertama akan menjadi pilihan untuk pembangunan jalan tol tersebut. Selain memiliki kondisi lingkungan yang baik, pembangunan trase pertama pun akan membutuhkan biaya paling sedikit.

“Rekapitulasi pembiayaannya, untuk alternatif pertama keseluruhannya Rp5,14 triliun, alternatif trase kedua Rp5,374 triliun, dan ketiga Rp5,86 triliun,” ujarnya.

Untuk pembiayaannya, pemerintah pusat melalui APBN akan bertanggung jawab untuk pembebasan lahan. Sementara pembangunan fisiknya akan diserahkan ke investor melalui lelang investasi. Saat ini, lanjut Iwa, terdapat investor asal Malaysia dan Korea yang sudah menyatakan ketertarikannya.

“Selain membiayai FS, pemprov hanya membantu fasilitasi, percepatan, dan koordinasi apabila ada masalah,” katanya seraya menyebut pembangunan jalan tol ini juga sudah masuk ke dalam rencana tata ruang dan wilayah provinsi dan setiap kabupaten/kota yang terlintas.

Jika sudah terbangun, lanjut Iwa, jarak tempuh Bandung-Banjar hanya akan memakan waktu sekitar 60 menit. Bahkan, jika jalan tol ini jadi disambungkan ke Pangandaran, jarak tempuh Bandung-Pangandaran hanya sekitar dua jam.

Hal ini pun diyakini mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi, khususnya di wilayah Priangan timur. Selain itu, keberadaan jalan tol ini bisa menjadi solusi untuk mengatasi kemacetan di Nagreg dan Limbangan setiap musim mudik.

Meski begitu, Iwa belum mau memprediksi kapan pembangunannya akan selesai. Namun, Iwa menargetkan proses pembebasan tanah dimulai pada 2017 mendatang.

“Insya Allah ini cepat karena dari perencanaan hingga FS ini hanya setahun. Semoga ke depannya bisa cepat juga, mohon doanya,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan