Situs Curug Dago Jadi Sasaran Oknum Pemburu Batu Akik

Oleh: Yuga Khalifatusalam

Foto net
Foto net


Jurnal Bandung – Demam batu akik yang hingga kini terus menjadi perbincangan hangat di masyarakat membuat sebagian orang nekat untuk melakukan perburuan berbagai jenis macam batu, bagaimana pun caranya.

Namun, belakangan, kenekatan itu mulai meresahkan. Sebab, para pemburu batu akik tersebut mencoba mengusik keberadaan situs-situs bersejarah.

Kepala Pengelolaan Kepurbakalaan Sejarah dan Nilai Tradisional Jawa Barat Agus Hanafiah mengkhawatirkan praktik perburuan batu akik akan merusak situs-situs bersejarah yang terdapat di Jawa Barat.

Kekhawatiran tersebut bukan tanpa alasan. Pihaknya mengaku sempat melakukan peninjauan di kawasan Situs Curug Dago sekitar pukul
23.00 WIB. Benar saja, Agus memergoki orang yang disinyalir oknum pemburu batu akik yang mencoba menyelundup masuk ke kawasan situs dengan membawa palu dan pahat.

“Saya mencoba berkomuikasi dengan juru pelihara (jupel) yang menjaga situs-situs bersejarah. Kemudian kami mencoba melakukan peninjauan di Curug Dago. Jumat lalu, kita tinjau sekitar pukul 11 malam. Ternyata ada orang mencoba menyelundup masuk dengan membawa palu dan pahat. Khawatirnya mereka mecoba mengambil batu di situs,” ungkap Agus kepada Jurnal Bandung di Bandung, Jumat (13/3). 

Menurut Agus, di Situs Curug Dago memang terdapat prasasti yang sangat menarik. Kawasan yang kini dijadikan objek wisata ini sempat disinggahi dua Raja Thailand yakni raja ke-5 dan raja ke-7 Negeri Gajah Putih itu. Sebelum dikukuhkan menjadi raja, mereka sempat bersemedi di Curug Dago.

“Di sana ada cangkup atau bangunan yang didatangkan langsung dari Thailand. Di sekitar cangkup tersebut memang terdapat bebatuan,” ucapnya.

Tidak hanya di Situs Curug Dago, pihaknya pun menerima laporan dari jupel terkait dugaan pencurian batu mulia di wilayah Kabupaten Garut dan Subang. Selain itu, laporan serupa pun diperoleh dari jupel yang menjaga situs di wilayah Subanglarang, Kabupaten Subang.

“Akan tetapi, aksi itu digagalkan oleh jupel. Memang, hingga kini belum ada laporan kerusakan situs akibat aksi itu, namun kami harap siapapun tidak menggangu keberadaan situs-situs bersejarah,” jelasnya.

Agus mengakui, di satu sisi, fenomena batu akik asal Indonesia merupakan salah satu budaya yang baik. Akan tetapi, fenomena tersebut jangan sampai mengusik kelestarian situs. Terlebih, pihaknya pun mengaku masih kekurangan jupel untuk menjaga situs-situs bersejarah itu.

“Kurang lebih di Jabar itu ada 1300 situs. Tapi kita hanya punya 52 Jupel. Untuk kewaspadaan, para jupel itu harus bekerja ekstra agar situs-situs tetap terjaga,” imbuhnya seraya mengatakan, pihaknya tak ingin situs-situs bersejarah maupun lingkungan rusak akibat tindakan oknum pemburu batu akik seperti yang terjadi di daerah lain di Indonesia.

Tinggalkan Balasan