Selisih 3,5 Juta Jiwa, Data Penduduk Jabar Rawan Dimanipulasi
Oleh: Bayu Wicaksana

Jurnal Bandung – Data kependudukan di Jawa Barat hingga saat ini masih bermasalah. Hal ini tercermin karena masih adanya perbedaan jumlah penduduk yang cukup besar antara data Badan Pusat Statistik (BPS) dengan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).
Wakil Gubernur Jabar Deddy Mizwar mengatakan, terdapat selisih 3,5 juta penduduk berdasarkan data yang dirilis BPS dan Kemendagri. Penduduk Jabar yang dirilis BPS berjumlah 46,5 juta jiwa. Sementara Kemendagri merilis sebanyak 43 juta jiwa.
“Beda 3,5 juta, bahaya itu harus segera diklarifikasi,” kata Deddy kepada jurnal bandung.com seusai menerima kunjungan kerja DPD RI, di Gedung Sate, Bandung, belum lama ini.
Menurut Deddy, jumlah selisih yang cukup besar ini akan berdampak signifikan untuk ajang pemilihan umum. Terlebih, pada 2017 dan 2018 mendatang, akan digelar pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak.
“Itu perbedaan 8%, menentukan. Ini, bahaya,” ucapnya.
Agar pelaksanaan pilkada serentak berjalan lancar, data pemilih harus disiapkan dengan baik. Selama ini, kata Deddy, data yang dijadikan acuan adalah data Kemendagri, sehingga perlu ada sinkronisasi antara data BPS dengan Kemendagri.
“Agar tak membingungkan masyarakat, dan ini rawan dimanipulasi,” katanya.
Deddy menuturkan, pihaknya sempat membicarakan perbedaan data ini ke Kemendagri. Berdasarkan keterangan Dirjen Kependudukan, lanjut Deddy, data tersebut berbeda karena adanya nomor induk kependudukan (NIK) yang ganda.
“Ini harus divalidasi semua. Kalau tidak, nanti yang punya KTP enggak bisa milih. Ini jadi masalah, harus klarifikasi semua,” pungkasnya.