Sekadar Mengagumi Keindahan Islam Belumlah Cukup
Oleh: Dedi Setiawan
Resensi Buku
Islam merupakan agama yang indah. Dalam catatan sejarah, keindahan ini telah terbukti menciptakan kenyamanan hidup bersama bagi umat manusia. Keindahan ini tak hanya diakui oleh umat Islam, tetapi juga oleh umat lainnya. Singkat kata, terutama bagi pemeluknya, ajaran Islam berisi keindahan yang paripurna.
Namun, sekadar mengagumi keindahan Islam belumlah cukup. Karena Islam ternyata tak hanya menunjukkan keindahan, tapi juga memotivasi pemeluknya untuk menjadi pelopor keindahan itu sendiri. Inilah salah satu poin penting dari buku Seberapa Berani Anda Membela Islam? karya Na’im Yusuf.
Pembahasan buku ini berawal dari esensi keberanian. Dengan mengutip pendapat Dr Yusuf Qardhawi, penulis buku ini menjelaskan, sikap pemberani merupakan kekuatan jiwa. Pemilik sikap berani dapat mengemban perkara-perkara yang mulia dan terjauh dari hal-hal hina. Perhatikan kalimat yang terakhir itu. Apa maknanya? Keindahan bukan?
Di sinilah menariknya. Na’im menghubungkan antara keberanian dengan keindahan. Dia membungkus elegansi dengan suatu sifat yang terkesan maskulin. Ya, “terkesan” karena selama ini memang ada kesan bahwa keberanian seolah melulu soal ketangkasan.
Padahal, selain ketangkasan, masih banyak karakter lain dari seorang pemberani. Dalam buku ini, setidaknya ada 13 karakter pemberani, yaitu mencintai masjid, menyeru ke jalan Allah, bersungguh-sungguh dan tanggap, bersikap aktif dan bertanggung jawab, bercita-cita tinggi, mulia dan terhormat, berani di atas kebenaran, berani, berjihad dan berkorban, teguh di atas kebenaran, sabar dan membiasakan diri, memenuhi janji, dan tidak mudah putus asa.
Mari tengok karakter yang pertama,, yaitu mencintai masjid. Orang yang mencintai masjid, mereka menyucikan diri, bersujud, berzikir, dan bersalawat. Jual beli dan perdagangan sebagai sarana untuk meraih keuntungan dan kekayaan tidak membuat mereka lalai dari menunaikan hak Allah.
Kemudian, mari kita lihat karakter kedua, yaitu menyeru ke jalan Allah. Ketika menafsirkan surat Al-Ahzab ayat 39, Ibnu Katsir mengungkapkan bahwa orang-orang yang menyampaikan risalah Allah memikul tanggung jawab itu dengan penuh amanah.
Selama orang tersebut berada dalam kebenaran, membawa cahaya petunjuk, dan melihat orang lain tersesat dalam kegelapan, maka dia wajib mengajak pada kebaikan dan mengarahkannya ke jalan yang lurus.
Perhatikan polanya, yaitu membenahi diri sendiri-mengajak orang lain. Pola ini bisa dilihat juga pada karakter ketiga dan keempat. Dan kembali ditemukan pada karakter kelima sampai ke sebelas, lalu dihubungkan dengan karakter kedua belas. Selanjutnya, ditutup dengan indah melalui karakter ketiga belas, yaitu tidak mudah putus asa.
Secara garis besar, 13 karakter pemberani tersebut bisa dibagi menjadi dua kelompok. Pertama, karakter pemberani yang sifatnya pembenahan diri. Kedua, karakter pemberani yang sifatnya mengajak orang lain.
Keduanya sama pentingnya dan harus ada di dalam diri umat Islam. Kelompok pertama bisa berfungsi sebagai etalase keindahan Islam. Kelompok kedua berguna sebagai efek pengganda (multiplier effect).
Kalau melihat porsi bahasannya, dimana karakter pemberani kategori kelompok pertama lebih mendominasi, maka pesan tersirat dari buku ini adalah mengajak orang Islam membenahi dirinya secara serius, seraya tak lupa mengajak orang lain ikut serta.
Dengan kata lain, artikulasi dari buku ini kira-kira seperti ini: Islam itu indah dan sekadar mengagumi keindahannya belumlah cukup. Umat Islam harus menjadi etalase bagi keindahan itu dan menjadi pelopor hadirnya keindahan dalam belantara kehidupan umat manusia.
Dedi Setiawan
Dewan Penasihat Forum Lingkar Pena (FLP) Jawa Barat
Data Buku
Judul: Seberapa Berani Anda Membela Islam?
Penulis: Na’im Yusuf
Tebal: xiv + 274 halaman
Cetakan: Pertama, Mei 2016
Penerbit: Maghfirah Pustaka
ISBN: 978-979-25-2643-1