Persoalan Klasik Tetap Dominasi Alasan Perempuan Terjerumus ke Lembah Hitam
Oleh: Redaksi

Jurnal Bandung – Kepala Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Barat Netty Prasetyani Heryawan membuka acara Gelar Dagang Produk Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera (UPPKS) Jabar di Lanud Sulaeman, Kabupaten Bandung, Senin (22/8).
Kegiatan tersebut merupakan rangkaian acara Hari Keluarga Nasional (Harganas) Tingkat Provinsi Jabar yang digagas Badan Kependudukan dan Keluarga Nasional (BKKBN) Perwakilan Jabar.
Dalam kesempatan itu, Netty Heryawan menuturkan, peran UPPKS di tengah-tengah masyarakat kini teramat penting. Pasalnya, UPPKS bisa menjadi wadah bagi keluarga untuk meningkatkan taraf ekonomi dan mendorong terciptanya keluarga bahagia dan sejahtera.
Terlebih, lanjut Netty, persoalan ekonomi keluarga hingga kini masih menjadi persoalan utama yang kerap dihadapi keluarga-keluarga di Indonesia.
“Gelar dagang ini menjadi penting bagi kita. Sesuai juga dengan tema Harganas yang diangkat BKKBN Jabar tahun ini, “Keluarga Benteng Utama Hindari Kekerasan, Ciptakan Keharmonisan,” tutur Netty dalam sambutannya.
Lebih jauh Netty mengatakan, sebagai institusi, keluarga kini berada dalam kondisi quo vadis. Sebab, kata Netty, hakekatnya, melalui keluarga, nilai-nilai kehidupan bisa ditanamkan, sehingga setiap keluarga memiliki imunitas untuk menghadapi perkembangan zaman.
“Alih-alih berharap pada peran keluarga, namun kenyataannya kini banyak keluarga yang tak mampu lagi menjadi tempat untuk penanaman nilai-nilai kehidupan. Banyak pula suami-istri yang tak memiliki visi yang sama untuk menciptakan keharmonisan dan menjalankan perannya dalam keluarga,” beber Netty.
Netty yang juga Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2TP2A) Jabar itu mengungkapkan, alasan yang menjadikan keluarga dalam kondisi quo vadis, yakni semakin maraknya kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak.
“Menurut catatan KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia), hingga 2015 lalu saja, terdapat 5.066 kasus kekerasan terhadap anak yang dilaporkan. Dan paling banyak adalah kasus kekerasan seksual. Mirisnya lagi, pelakunya bukan lagi orang asing, namun 70%-nya merupakan orang-orang terdekat, termasuk yang memiliki pertalian keluarga,” paparnya.
Netty melanjutkan, hari ini, masih banyak keluarga yang kurang beruntung dimana mereka hidup dengan kondisi prasejahtera.
“Mereka tinggal di rumahnya bilik dengan lantai tanah dan tak ada sekat kamar. Kondisi ini lah yang kerap menjadi pemicu incest, seperti ayah yang menggauli anak kandungnya sendiri,” ungkapnya.
Kehidupan prasejahtera pun hingga kini masih menjadi alasan dominan banyak perempuan terjerumus ke lembah hitam. Meski klasik, namun kenyataannya persoalan ekonomi diakui Netty memang paling banyak disebutkan perempuan-perempuan yang terpaksa menjalani profesi sebagai pelacur, baik yang disengaja maupun karena menjadi korban.
“Perempuan-perempuan korban trafficking yang dipekerjakan sebagai penjaja seks pun umumnya mengaku alasan ekonomi lah yang membuat mereka terjerumus,” sebut Netty.
Sementara itu, Kepala BKKBN Perwakilan Jabar Sugilar menambahkan, pameran dan gelar dagang ini dapat menjadi tindakan nyata untuk meniti usaha ekonomi kreatif, baik antaranggota keluarga, antarkomunitas, maupun antarlembaga di masyarakat.
“Dengan upaya bersama, semoga masalah dapat dihadapi, khususnya di bidang ekonomi. Agar masyarakat Jabar khususnya, terhindar dari isu-isu kemiskinan dan kesulitan ekonomi dalam keluarga,” katanya.
Dalam acara ini, juga diberikan penghargaan kepada pegiat dan kader program keluarga berencana (KB) terbaik seluruh kota/kabupaten di Jabar. Hadir dalam acara tersebut, Danlanud Sulaeman Kol M Syafii beserta istri, Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Kabupaten Bandung Nia Kurnia Agustina Dadang Naser, Wakil Ketua TPPKK Kabupaten Bandung Ambang Gunawan, Ketua Tim Penggerak PKK Kota Bekasi Gunarti Rahmat Effendi dan Lilik Ahmad Syaikhu.