Pengamat : Lembaga Survei Kredibel bisa saja Melacurkan Keilmuannya
Jurnal Bandung – Pakar politik dan pemerintahan dari Universitas Katolik Parahyangan, Asep Warlan Yusuf, Mengatakan bahwa hasil quick count yang berbeda dari setiap lembagai survei kali ini patut dicurigai. Sebab, jika metode quick count dilakukan secara benar, tidak akan menimbulkan perbedaan hasil yang mencolok.
Asep pun tidak membantah adanya kemungkinan lembaga survei yang menggadaikan integritasnya demi suatu kepentingan. “Lembaga yang kredibel sekali pun, bisa saja melacurkan keilmuannya ini,” ucapnya.
Asep menyebut dua motif yang menyebabkan kerancuan hasil quick count ini. Pertama, lembaga tersebut memiliki motif ekonomi sehingga mau menaruhkan hasil surveinya.
“Kalau dibayar tinggi, lembaga yang sudah kredibel pun bisa saja mengutak-atik hasil surveinya,” kata Asep. Sedangkan motif kedua, ucap Asep, yakni adanya kepentingan politik yang diusung tokoh-tokoh di balik lembaga survei tersebut.
Bahkan, Asep menduga, motif ini lebih tidak kalah kuat dibanding motif ekonomi. “Karena lembaga atau orangnya memiliki kepentingan politik, kesamaan ideologi dengan kandidat yang dibelanya,” jelas Asep.
Guru besar Unpar ini pun menjelaskan alasan kandidat dalam mengumumkan hasil suara versi quick count. Pertama, kandidat ingin memberi informasi secepat mungkin ke masyarakat terkait hasil pemilu, mengingat proses penghitungan resmi yang dilakukan KPU cukup memakan waktu.
Kedua, lanjut Asep, tim kandidat ingin membentuk atau menguatkan opini di masyarakat terkait hasil suara yang diperolehnya. “Agar menjadi dasar bagi masyarakat, bahwa ini loh hasil survei, ini loh hasil resmi dari KPU nanti,” ucapnya.
Namun, Asep sangat menyayangkan jika pengumuman quick count tersebut dilakukan untuk hal yang bersifat negatif. Asep menerangkan, dengan mengeluarkan hasil quick, pelaku tidak ingin mengakui kekalahannya, sehingga membentuk opini di masyarakat terkait kemenangan palsu.
“Agar nantinya masyarakat tidak percaya hasil KPU. Ini yang saya khawatirkan, karena dampaknya bisa meluas. Mudah-mudahan ini tidak terjadi,” katanya.