Pengamat Ini Nilai, Masyarakat Jabar Cenderung Apatis Terhadap Kegiatan Politik
Oleh: Yuga Khalifatusalam

Jurnal Bandung – Menjelang Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Barat, 2018 mendatang, pengamat politik dari Universitas Jenderal Ahmad Yani (Unjani) Yamardi mengatakan, hingga kini, masyarakat Jabar cenderung apatis terhadap momentum pemilihan kepala daerah (pilkada).
Bahkan, menurut dia, masyarakat pun seakan-akan tak peduli lagi dengan kegiatan politik. Yamardi mencontohkan, saat pemilihan legislatif (pileg) 2013 lalu, banyak masyarakat yang tidak menggunakan hak politiknya.
“Makin sering (pemilu), masyarakat makin apatis. Di Pilgub Jabar nanti, partisipasi masyarakat harus ditingkatkan,” ujar Yamardi di Bandung, Rabu (11/5).
Oleh karena itu, untuk Pilgub Jabar, pemerintah dan pihak penyelenggara harus mampu merangsang masyarakat agar sadar pentingnya memilih pemimpin. Sehingga, masyarakat pun mau menggunakan hak politiknya.
Apalagi, lanjut dia, penyelenggaraan Pilgub Jabar 2018 digadang-gadang sebagai pilkada termahal di Indonesia. Sehingga, kata dia, Pilgub Jabar ini harus berkualitas dan menghasilkan pemimpin yang terbaik bagi masyarakat Jabar.
“Anggaran tadi harus menghasilkan pemilu berkualitas. Dalam pilkada banyak pelaku, semua harus mampu mendukung pemilu berkualitas dan berfikir prospektif ke depan,” pungkasnya.
Pilgub Jabar 2018 digadang-gadang sebagai pilkada paling mahal di Indonesia. Dibutuhkan anggaran sedikitnya Rp3 triliun untuk memilih pemimpin di Jabar.
Berdasarkan data yang diperoleh oleh jurnalbandung.com, rincian anggaran Pilgub Jabar tersebut, yakni untuk Komisi Pemilihan Umum (KPU) sekitar Rp1,8 triliun, Polda Jabar sekitar Rp172 miliar, Kodam III/Siliwangi sekitar Rp9 miliar, Polda Metro Jaya sekitar Rp26 miliar, Kodam Jaya sekitar Rp61 miliar, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Jabar sekitar Rp500 miliar, dan Kesbangpol Provinsi Jabar sekitar Rp10 miliar.