Penataan Kawasan Pertanian di Jabar Dinilai Belum Maksimal
Oleh: Bayu Wicaksana

Jurnal Bandung – Penataan kawasan pertanian di Jawa Barat dinilai belum maksimal. Meski memiliki areal pertanian yang luas, namun diversifikasi produk pertanian belum terlihat karena setiap daerah memiliki kesamaan produk yang dihasilkan.
Menurut Gubernur Jabar Ahmad Heryawan, kondisi ini merugikan petani dan berpengaruh terhadap kualitas ketahanan pangan. Petani, kata dia, tidak akan menikmati harga yang pantas saat menjual hasil panennya ke pasaran.
“(Sebagai contoh), kalau Garut tomat, Bandung jangan tomat. Tasik cabai, di Cirebon jangan cabai,” kata Aher, sapaan akrab Gubernur saat menggelar pertemuan dengan seluruh penyuluh se-Jabar, di Gelanggang Sabilulungan, Kabupaten Bandung, Kamis (25/8).
Selama ini, kata Aher, hasil panen petani dihargai murah, salah satunya karena ketersediaan yang melimpah tidak sebanding dengan jumlah permintaan.
“Saat di satu daerah panen ini, di daerah lain pun panen yang sama. Sehingga harganya jatuh karena stok yang banyak,” katanya.
Ragam komoditas pertanian yang dihasilkan pun jadi berkurang. Saat ini, Jabar hanya swasembada beras, sedangkan untuk produk pertanian lainnya masih harus impor.
“Sehingga tidak mengherankan jika impor pangan negara kita cukup tinggi,” imbuhnya.
Padahal, di saat jumlah penduduk Indonesia yang semakin banyak, seharusnya ketahanan pangan masyarakat pun semakin baik dengan meningkatnya varietas dan kuantitas hasil pertanian.
Aher mengaku sudah meminta Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Jabar menata kawasan pertanian di Jabar agar lebih baik.
“Ingin kawasan pertanian ini jadi lebih profesional. Jadi diperlukan kreatifitas. Lahan yang ada harus dimanfaatkan dengan baik,” ucapnya.
Bupati Bandung Dadang Naser menambahkan, pihaknya siap mengikuti sistem manajemen tanam jika kawasan pertanian sudah ditata. Saat ini, Pemkab Bandung telah menerbitkan peraturan bupati terkait kawasan pertanian.
“Kami mengatur kawasan tumpang sari, apa saja yang boleh. Ketinggian derajat persentasenya sedang dikaji bersama Perhutani,” katanya.
Bahkan, saat ini, pihaknya pun sudah mengatur kawasan-kawasan pertanian di Kabupaten Bandung.
“Kita sudah blokir, ada kampung jeruk, kampung kopi, kampung tomat, kampung kentang,” ujarnya seraya menyebut salah satu produk pertanian unggulan Kabupaten Bandung adalah kentang.
Lebih lanjut dia meminta pemerintah pusat lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas penelitian pertanian. Dengan begitu, diharapkan industri pertanian Tanah Air akan lebih baik lagi.
“Jadi petani tinggal menanam. Penelitian dan kajian lainnya oleh pemerintah pusat. Sehingga kita punya unggulan tanaman, agar lebih efektiv efisien,” pungkasnya.