Libatkan TNI hingga Kejaksaan, Aher Yakin Penanganan Citarum Akan Lebih Baik

Oleh: Bayu Wicaksana

Jurnal Bandung – Pemprov Jawa Barat berjanji meningkatkan penanganan Sungai Citarum menjadi lebih baik lagi setelah terbentuknya Satuan Manunggal Satu Atap (Samsat) Citarum.
Samsat yang di dalamnya berisikan unsur TNI, Polri, Kejaksaan, dan pemerintah pusat ini akan terbentuk paling lambat pekan depan.

Gubernur Jabar Ahmad Heryawan mengatakan, penegakan hukum di sepanjang Sungai Citarum akan lebih maksimal dengan hadirnya Samsat Citarum.
Selama ini, kata dia, berbagai persoalan dan hambatan sering dihadapi karena hanya unsur pemerintah saja yang bergerak.

“Kalau sendiri pakai BPLHD, sulit ternyata. Di lapangan banyak gangguan, banyak hambatan,” kata Heryawan seusai menggelar Sawala Ecovillage Citarum Bestari, di Lanud Sulaiman, Kabupaten Bandung, Jumat (4/11).
Acara yang digelar di bantaran Sungai Citarum tersebut dihadiri juga Pangdam III/Siliwangi dan Kapolda Jabar. Aher, sapaan akrab Heryawan menyontohkan, tindakan tegas akan dilakukan Samsat Citarum terkait bangunan PT Kahatex di atas Sungai Cikijing yang merupakan anak Sungai Citarum.
Seperti diketahui, bangunan tersebut mempersempit saluran air, sehingga mengakibatkan banjir di Rancaekek. “Dijadikan sungai lagi. Samsat akan melakukan langkah-langkah,” tegasnya.

Pembentukan Samsat ini, lanjutnya, terinspirasi dari suksesnya Samsat Jatigede yang dianggap berhasil menyelesaikan berbagai hal menyangkut warga terkena dampak Waduk Jatigede di Kabupaten Sumedang. “Ingin mereplikasi sukses Samsat Jatigede, ke Samsat Citarum. Kalau sukses, ke depan akan disusul Samsat Cimanuk dan Ciliwung,” tambahnya.

Lebih lanjut Aher mengatakan, dalam penanganan Sungai Citarum ini, diperlukan juga kesadaran masyarakat agar tidak mengotori sungai. “Tidak buang sampah ke sungai, mencegah masyarakat membuang sampah dan limbah ke sungai. Sungai bisa bersih jika tidak ada buangan apapun ke sungai,” tandasnya.

Sementara itu, Kepala BPLHD Provinsi Jabar Anang Sudharna mengatakan, pihaknya terus menggalakan kampung berbudaya (ecovillage) di kalangan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran warga akan pentingnya menjaga kebersihan sungai. Sejak pertama kali dimulai pada 2014, lanjut Anang, kader ecovillage yang merupakan masyarakat ini terus bertambah jumlahnya.

Saat ini, kata dia, jumlah kader ecovillage sudah mencapai 3.800 yang berasal dari 20 kecamatan di lima kabupaten/kota, seperti Bandung, Sumedang, dan Bogor.
Menurut Anang, mereka gencar menyosialisasikan sadar lingkungan kepada warga lainnya. Tak hanya itu, mereka pun terlibat aktif dalam pembentukan bank sampah, pembangunan biodigester, rumah kompos, bio gas, dan tempat pembuangan sampah terpadu.

Dengan cara seperti ini, Anang optimistis akan lebih banyak warga yang tidak membuang sampah ke sungai sehingga kebersihan Sungai Citarum akan terwujud.
“Sudah banyak desa-desa yang mandiri mengembangkan ecovillage. Kami hanya diundang untuk memberikan arahan,” katanya.

Ahmad Kurnia, perwakilan Desa Dampit, Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung, mengatakan, pihaknya melakukan berbagai kegiatan rutin untuk menjaga kebersihan Sungai Citarum.

Bersama sekitar 20 kader lainnya, secara rutin mereka membersihkan lingkungan dengan mengambil setiap sampah yang mengotori sungai. Mereka pun menyadarkan warga lainnya agar menekan jumlah sampah dan tidak mengotori sungai. “Kami baru mulai sejak 2015,” singkatnya.

Tinggalkan Balasan