Lewat Ulama, Pemprov Jabar Minta Masyarakat Hilangkan Budaya Konsumtif Jelang Ramadan dan Lebaran
Oleh: Redaksi

Jurnal Bandung – Harga berbagai kebutuhan pokok jelang Ramadan dan perayaan Idul Fitri kerap merangkak naik, sehingga mengakibatkan terjadinya kenaikan inflasi.
Kondisi tersebut, di antaranya disebabkan pola konsumsi masyarakat yang meningkat, yang membuat permintaan bahan pokok naik. Selain itu, juga karena aksi ambil untung maupun spekulasi dari produsen ataupun pedagang yang berdampak pada laju inflasi.
Untuk mengatasi hal itu, Pemprov Jabar bersama Forum Koordinasi Pengendalian Inflasi (FKPI) Jabar mengajak para ulama untuk memberikan sosialisasi sekaligus imbauan kepada masyarakat untuk memaknai Ramadan dan Idul Fitri sebagai momentum untuk meningkatkan ibadah kepada Allah SWT, bukan meningkatkan pola konsumsi.
“Kegiatan ibadah di bulan Ramadan kan meningkat, masyarakat juga banyak yang datang ke masjid. Jadi kita harap para ulama atau dai menyampaikan ke masyarakat jangan bersikap konsumtif untuk menjaga inflasi,” ungkap Wakil Gubernur Jabar Deddy Mizwar seusai silaturahmi dengan FKPI dan ulama di Aula Barat Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Selasa (31/5).
“Saya kira substansinya betul ya, kita di bulan Ramadan harusnya mengendalikan diri (tidak konsumtif), tapi kenyataannya sekarang kebalikan. Bukan mengendalikan diri tapi malah panik, kayak yang gak pernah makan. Jadi belanja banyak, makan banyak. Saya kira tidak demikian,” ujar Deddy.
Deddy pun menginginkan ulama berperan dalam memberikan pemahaman kepada umat mengenai makna puasa yang sebenarnya, yakni bukan pola konsumsi yang di ke depankan dalam bulan suci Ramadan. Menurutnya, Ramadhan justru menjadi momentum untuk menstabilkan permintaan dan penawaran karena pola konsumsi yang semestinya tidak berlebihan.
Deddy mengakui, ulama sangat berperan dalam memberikan efektivitas pengendalian inflasi di Jabar. Sepanjang 2015, kata Deddy, level inflasi di Jabar sebesar 2,37% atau lebih rendah dibandingkan inflasi nasional sebesar 3,35%. Bahkan tingkat inflasi di Jabar dan Jawa Tengah menjadi yang terendah dibandingkan provinsi lainnya di Pulau Jawa.
Deddy mengatakan, hal tersebut merupakan hasil kerja keras jajaran pengurus FKPI provinsi, kabupaten/kota, Majelis Ulama Indonesia (MUI), ormas-ormas Islam, dan para ulama se-Jabar yang setiap tahun dilibatkan dalam upaya pengendalian inflasi ini.
Sementara itu, Anggota Dewan Pengarah FKPI Jabar yang juga Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI Jawa Barat dan Banten Rosmaya Hadi dalam sambutannya mengatakan, kenaikan inflasi tidak hanya terjadi dari permintaan saja, namun juga dari sisi penawaran.
Untuk itu, menurut Rosmaya, diperlukan sinergitas dari berbagai kepentingan untuk menstabilkan harga serta menekan laju inflasi, termasuk peran para ulama.
“Kita harus jaga inflasi ini tidak hanya dari satu titik, tapi berbagai arah. Contohnya, bagaimana distribusi harus kita jaga, pengadaan atau ketersediaan pangannya juga harus kita jaga dari segala arah. Juga bagaimana gangguan produksinya harus kita tangani dan kebijakan pemerintah yang harus tepat sasaran,” tutur Rosmaya.
Rosmaya pun mengungkapkan, ulama mempunyai peran strategis dalam menekan inflasi melalui pembinaan umat agar bisa menjaga pola konsumsinya, serta meningkatkan ibadahnya di bulan Ramadan.
“Dari sudut pandang agama tentunya kami juga ingin mengimbau masyarakat agar lebih mengalokasikan waktunya atau keinginan belanjanya kepada keinginan bersedekah,” harap Rosmaya.
“Saya mohon untuk disampaikan kepada umatnya masing-masing, bahwa Ramadan bukan sesuatu untuk menaikan harga tapi menaikan pahala,” ungkap Rosmaya.
KH Miftah Faridl dalam tausyiahnya mengatakan, banyak kegiatan di bulan Ramadan yang dilakukan oleh masyarakat saat ini, jauh dari apa yang diajarkan oleh Rasulullah Muhammad SAW.
“Inilah yang barang kali tantangan para ulama, harus bisa menyampaikan pesan bahwa Ramadan itu bulan ibadah, bulan taqarub. Ramadhan itu bulan banyak di masjid bukan banyak di swalayan, Ramadan itu bulan banyak berdzikir bukan banyak hitung-hitung hutang. Nah inilah misi kita!” tegasnya.