Kampanye #2019GantiPresiden Sukses Angkat Suara Pasangan Asyik Jelang Pencoblosan
Oleh : Redaksi
Jurnalbandung.com – Suasana politik nasional yang dinilai banyak dikritik masyarakat terhadap pemerintahan saat ini menjadi salah satu faktor meningkatkan elektabilitas pasangan calon gubernur Sudrajat-Ahmad Syaikhu (Asyik) di Pilgub Jabar.
Kondisi tersebut terlihat dari hasil survei salah satu media nasional yang dirilis pekan lalu. Dimana pasangan Asyik mengalami peningkatan elektabilitas mencapai 11,4 persen. Meskipun, kenaikan pasangan cagub nomor 3 ini belum terlihat signifikan.
Berdasarkan hasil survei lembaga peneliti surat kabar nasional tersebut menunjukan elektabilitas pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum (Rindu) kembali naik dengan angka 40,4 persen dan disusul pasangan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi (Deddy-Dedi) sebesar 39,1 persen. Sedangkan, pasangan calon gubernur nomor urut 2 TB Hasanuddin-Anton Charliyan masih menempati urutan terakhir dengan raihan suara 4,1 persen.
Pengamat Politik Universitas Parahyangan Asep Warlan menilai, peningkatan hasil survei pasangan cagub nomor 3 yang berhasil menembus dua digit itu sangat dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Salah satunya adalah suasana politik nasional yang dinilai sebagaian masyarakat khususnya di Jabar tidak mendukung pemerintahan saat ini.
“Peningkatannya memang tidak signifikan. Tapi, ini sangat berpengaruh karena suasana politik nasional. Banyak masyarakat yang mengkritik dan kecewa dengan pemerintahan sekarang dan pasangan Asyik memanfaatkan moment debat publik lalu dengan #2019GantiPresiden,” kata Asep saat dihubungi Sabtu(2/6).
Dia menyebutkan, selain isu nasional yang mulai banyak dikritik masyarakat, pergerakan mesin partai pendukung Sudrajat-Ahmad Syaikhu (Asyik) jelang pencoblosan mulai berjalan sangat efektif. Kondisi ini terbukti saat pilkada 2008 – 2013 dimana PKS-GERINDRA-PAN bergerak menggunakan metode door to door ke masyarakat.
“PKS tidak bisa menggunakan motode konvensional dengan memanfaatkan media massa, media sosial, atau pertemuan publik dengan jumlah banyak. Tapi, mereka menggunakan kader yang memiliki loyalitas tinggi dengan memanfaatkan metode door to door. Ini sangat efektif dan sudah terbukti di 2008-2013. Menemui langsung warga pemilih dan bergerak langsung ini mungkin faktor angka survei meningkat,” ujar dia.
Faktor lain, kata Asep, saat ini tokoh ulama yang mendukung pasangan calon gubernur nomor 3 sudah secara terbuka memberikan dukungannya. “Ini juga salah satu faktor yang membuat peningkatan hasil survei. Meskipun Peningkatannya belum signifikan,” ungkap dia.
Asep menilai, gerilya mesin partai pendukung pasangan Asyik akan terus menggerus basis suara pasangan lain dan menjadikan kekuatan jelang pencoblosan nanti. “Kekuatan ini bisa jadi ancaman bagi paslon lain jika pergerakan mesin partai konsisten hingga pencoblosan nanti,” ujar dia.
Asep menyebutkan, metode door to door merupakan kelebihan yang dimiliki PKS dan tidak ada di partai lain. Karena, door to door merupakan sosialisasi paling mudah dilakukan. Apalagi, pergerakan door to door yang dilakukan kader PKS sudah terbina melaui jaringan vaulenteer.
“Harus dilakukan relawan atau vaulenteer yang memiliki loyalitas tinggi. Nah ininhanya ada di PKS. Sebab, metode door to door membutuhkan biaya logistik besar, waktu yang panjang, karena kalau logistik berhenti maka akan berhenti juga pergerakannya. Kader PKS tidak mengenal itu, mereka akan terus bekerja sesuai pengalaman di pilkada 2008 dan 2013 saat Pak Aher maju,” pungkas dia.
Asep menyebutkan, pergerakan mesin partai pendukung pasangan Asyik yang dikenal memiliki loyalitas tinggi dapat menjadi ancaman bagi pasangan calon lain di jelang pencoblosan nanti. Para paslon yang saat ini berada di posisi pertama dan kedua berdasarkan hasil survei harus segera mengubah pola kampanyenya jika mereka tidak ingin kecolongan perolehan suara saat pencoblosan.