Elektabilitas Emil di Pilgub Jabar Terancam Anjlok

Oleh: Redaksi

Jurnalbandung.com – Meski sejumlah lembaga survei menempatkan Ridwan Kamil di posisi teratas dalam tingkat elektabilitas di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Barat 2018, namun bukan berarti suami Atalia Praratya itu berada pada posisi aman.

Sebaliknya, Ridwan Kamil justru kini tengah menghadapi ancaman serius, yakni merosotnya tingkat elektabilitas yang telah dikantonginya.

Pasalnya, rentang waktu pelaksanaan Pilgub Jabar 2018 masih lama dan situasi politik serta opini masyarakat terus berkembang.

Bahkan, elektabilitas pria yang akrab disapa Emil itu rentan terjun bebas mengingat penilaian yang telah diberikan lembaga survei pun memiliki batasan masa kedaluarsa.

Terlebih, hasil survei belum tentu memberikan penilaian yang objektif. Sebab, di beberapa sisi, kerap ditemukan data-data yang kurang objektif dan menyeluruh.

“Di saat situasi politis makin menghangat, ada beberapa hal yang jadi sorotan, teruma objektivitas hasil survei” ungkap Direktur Lingkar Studi Informasi dan Demokrasi Dedi Barnadi dalam diskusi Poros Muda Jawa Barat di Bandung, Kamis (6/4)

Dedi mengakui, melihat opini masyarakat terhadap Ridwan Kamil yang berkembang saat ini, elektabilitas pria yang akrab disapa Emil itu bahkan masih berpotensi terjun bebas.

Apalagi, pascadeklarasi dukungan dari Partai Nasional Demokrat (NasDem) kepadanya, opini publik di berbagai media, terutama media sosial cenderung miring.

Dia mencontohkan elektabilitas Dede Yusuf dalam Pilgub Jabar 2013 lalu yang merosot tajam akibat opini yang berkembang di masyarakat.

“Dengan berjalannya waktu ditambah kerja-kerja politik dari tim sukses, opini, hingga penggalangan massa, elektabilitas Dede Yusuf akhirnya turun juga,” paparnya.

Meski enggan menghakimi hasil survei yang menempatkan Ridwan Kamil di posisi teratas tidak objektif, namun Dedi mengingatkan, survei yang baik harus mengungkapkan metodologi, karakter responden, hingga margin of error secara menyeluruh.

“Lembaga survei harus berani juga mengungkap siapa yang mendanai survei tersebut. Masyarakat harus tau, karena umumnya hal ini tidak diungkapkan,” bebernya.

Senada dengan Dedi, peneliti Sinergi Riset Nusantara Eko Arief Nugroho menjelaskan, jarak pelaksanaan survey dengan pencoblosan yang masih terpaut jauh sangat memungkinkan terjadinya penurunan persentase elektabilitas yang diakibatkan dinamika politik.

“Apalagi, setelah deklarasi (Deklarasi NasDem), elektabilitas Emil pun tidak naik signifikan. Padahal, deklarasi biasanya mampu mendongkrak hingga 5-10%,” katanya.

Tinggalkan Balasan