Di Cina Ada Barongsai, di Bandung Ada Barong Sekeloa
Oleh: Redaksi

Jurnal Bandung – Warga Bandung sepertinya mengenal dekat kesenian asal negeri Cina, barongsai. Barongsai biasanya hadir saat etnis Tionghoa di merayakan hari-hari besar keagamaannya.
Bahkan, tidak jarang pula barongsai pun hadir dalam kegiatan seremonial lainnya seperti launching tempat atau produk baru. Maka tak heran bila warga pun cukup familiar dengan kesenian yang mengandalkan gerakan tubuh yang agresif ini.
Namun, sepertinya tidak banyak orang yang tahu jika di Kota Bandung pun ada seni tradisional yang mirip dengan barongsai, yakni barong sekeloa. Kesenian buhun ini kini tetap dilestarikan Paguron Panggugah Seni Rudat Buhun-Barong Sekeloa, di Kelurahan Sekeloa, Kecamatan Coblong, Kota Bandung.
Meskipun mirip, namun terdapat sejumlah perbedaan mendasar antara barongsai dan barong sekeloa. Sebagian pihak, terutama seniman memang ada yang menganggap barong sekeloa hadir sebagai pengaruh kehidupan etnis Tionghoa di Kota Bandung. Namun, hal itu dibantah Pupuhu Paguran Ade Sukarna.
“Soal ada tidaknya pengaruh barongsai, kami tak berani memberi keterangan lebih lanjut. Sebab, asal-usul secara pastinya, kami tak begitu memahami. Sampai saat ini kami hanya melanjutkan dan mengembangkan warisan leluhur sejak 1979 silam,” ujar Ade kepada Jurnal Bandung, Selasa (25/8).
Terlepas dari persoalan ada atau tidaknya pengaruh kehidupan etnis Tionghoa terhadap barong sekeloa, namun kesenian rakyat ini menjadi khasanah budaya yang tak ternilai harganya yang dimiliki Kota Bandung.
Jika diamati, boneka barong sekeloa memang mirip barongsai. Namun, dalam memainkannya, barong sekeloa lebih mengutamatakan gerakan-gerakan lembut seperti mengangguk-anggukan kepala barong ke bawah, kiri, kanan, dan sesekali menengadah.
Anatomi barong sekeloa juga lebih sederhana ketimbang barongsai. Meski keduanya menyerupai wujud singa, namun tubuh barong sekeloa tak harus selalu bersisik. Bahkan penutup bagian tubuh barong sekeloa biasanya hanya menggunakan kain bermotif berbagai negara.
Bahan baku pembuatannya juga masih berasal dari bahan-bahan yang tersedia di lingkungan sekitar seperti bambu, kertas singkong, tali kasur, tambang, dan kain. Bambu digunakan untuk membuat kerangka kepala barong, sementara tambang untuk membentuk detail wajah barong seperti janggut, bulu mata, rambut, dan bulu hidung.
“Biasanya, kami mainkan barong sekeloa dalam 17-an (HUT RI), penyambutan pejabat, hingga hajatan,” tutup Ade seraya menambahkan, Paguronnya pun juga tidak jarang memainkan barong sekeloa bersama seni pertunjukan lainnya.