Demam Berdarah Mengancam, Warga Diminta Waspada

Oleh: Bayu Wicaksana

Foto net
Foto net

BANDUNG – Dalam musim penghujan saat ini, masyarakat diminta waspada menghadapi ancaman penyakit demam berdarah dengue (DBD).

Kepala Dinas Kesehatan Jabar Alma Lucyati mengungkapkan, selama dua bulan terakhir, jumlah pasien DBD di Jabar terus meningkat.

Meski belum memiliki angka pasti, menurutnya, kondisi ini selalu berulang setiap tahunnya. Pada 2015 lalu saja, terjadi sekitar 1.000 kasus DBD di Jabar.

“(Musim hujan) dipastikan ada peningkatan, bulan Desember meningkat. Ini memang lagi musimnya,” ungkap Alma kepada Jurnal Bandung.com di Gedung Sate, Kota Bandung, Jumat (15/1).

Disinggung adanya 17 korban jiwa akibat DBD di Kabupaten Indramayu sepanjang musim hujan saat ini, Alma mengaku belum mengetahuinya pasti. Hanya saja, dia membenarkan jika setiap musim hujan selalu terjadi peningkatan kasus yang diakibatkan gigitan nyamuk Aedes Aegypti itu.

“Jangan kaget kalau banyak kasus,” imbuhnya.

Alma pun menyebut sejumlah kota besar yang sudah mengalami peningkatan kasus DBD, salah satunya Kota Bandung.

Oleh karena itu, Alma meminta masyarakat menggiatkan kembali program jumantik (juru pemantau jentik nyamuk).

Hal itu pun sudah diinstruksikannya ke kabupaten/kota sesuai instruksi menteri kesehatan (menkes).

“Sudah diberlakukan minggu lalu sesuai perintah menkes. Kita lanjutkan ke kabupaten/kota. Tinggal semuanya mau, daek gawe. Karena di rumah kita sumbernya,” ujarnya.

Menurut dia, di setiap rumah, harus ada seorang kader jumantik. Nantinya, kader tersebut bertugas menyisir rumah agar terhindar dari nyamuk penyebab DBD.

Setiap penghuni rumah juga harus menjalankan prinsip 3M, yakni menguras, menutup, dan mengubur titik-titik genangan air. Hal ini wajib dilakukan untuk memastikan rumah bersih, sehingga tidak menjadi sarang nyamuk.

“Penampungan air, dispenser, tempat minum burung, bak mandi. Kuras bak air, sikat bak airnya karena jentik telur ada di situ. Lalu mengubur. Di halaman jangan biarkan ada kaleng kosong, bekas minuman. Jangan ada baju menggantung,” paparnya seraya menyebut sirkulasi udara dan cahaya matahari harus masuk ke dalam rumah.

Lebih lanjut dia mengatakan, selama ini, memang terdapat kader jumantik yang disiapkan pemerintah di setiap daerah. Namun, jumlahnya tidak mencukupi, sehingga diperlukan kesadaran dari setiap warga.

“Selama ini kan ada dari pemerintah. Tapi kan enggak mungkin aprak-aprakan ke semua rumah,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan