Deddy Mizwar Tegaskan Pemprov Sangat Peduli Kesenian dan Kebudayaan Jabar

Oleh: Redaksi

Foto net
Foto net

Jurnal Bandung – Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar berdialog dengan beberapa seniman yang menamakan diri Dewan Kebudayaan Jeprut Jawa Barat (DKJJB) di Gedung Yayasan Pusat Kebudayaan (YPK), Jalan Naripan Kota Bandung, Senin (1/8).

Dalam dialog tersebut, para seniman melakukan aksi telanjang dada (buligir) sebagai bentuk protes kepada pemerintah yang dinilai tidak peduli terhadap perkembangan seni dan budaya di Jabar.

Saat dialog, Deddy Mizwar menegaskan, hingga saat ini, Pemprov Jabar sebagai pengelola gedung akan tetap menjadikan Gedung YPK sebagai ruang publik, khususnya bagi para seniman untuk berekspresi dan menumpahkan berbagai kreativitasnya di gedung tersebut.

“Silahkan para seniman gunakan gedung YPK untuk ruang publik dan sarana berekspresi,” kata Deddy dalam pers rilis yang diterima jurnalbandung.com, Selasa (2/8).

Hal itu ditegaskan Deddy untuk menjawab kegundahan para seniman terkait keseriusan Pemprov Jabar dalam mengembangkan kesenian dan budaya di Jabar.

Dia pun berkomitmen untuk mendukung kegiatan para seniman melalui pembangunan berbagai sarana dan prasarana, seperti pembangunan gedung kesenian bertaraf internasional dan tetap mendorong kabupaten/kota di Jabar agar bisa memiliki gedung kesenian yang representatif.

“Ini akan tetap menjadi ruang publik. Keputusannya adalah, setiap komunitas yang ingin melakukan sebuah kegiatan tertentu, silakan berkoordinasi dengan pengelola gedung,” terang Deddy.

Dialog ini sengaja digelar oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jabar sebagai sarana berdiskusi dan untuk mendapatkan masukan dari masyarakat, khususnya para seniman.

Dalam dialog ini, terungkap pula keluhan para seniman yang menilai Dewan Kebudayaan Jawa Barat (DKJB) yang diketuai Ganjar Kurnia tidak memberikan perubahan apapun terhadap perkembangan kesenian dan kebudayaan di Jabar.

“Yang kita protes adalah dua hal, berdasarkan pada fakta ambruknya belakang Gedung YPK. Kedua, DKJB yang tidak belajar dari proses sebelumnya,” ungkap seniman Tisna Sanjaya mewakili Dewan Kebudayaan Jeprut Jawa Barat.

“Yang kita inginkan pascareformasi itu adalah kita membuat sistem yang bagus, jangan tergesa-gesa kita membuat program, jangan tergesa-gesa kita menunjuk orang. Mari kita sama-sama belajar dari kesalahan sebelumnya,” papar Tisna.

Menurut Tisna, sebagai generasi saat ini, kita harus mewarisi sistem yang baik untuk anak-cucu kita nanti, termasuk dalam berkesenian dan kebudayaan.

“Apa yang akan diwariskan pada anak cucu kita kalau kita tidak mewariskan sebuah sistem atau legalisasi yang bagus dari proses diskusi bareng-bareng dengan seniman, dengan warga,” sambung Tisna.

DKJB dibentuk oleh Pemprov Jabar pada Maret 2015 lalu. Dewan ini berisi 21 orang seniman, budayawan, dan para praktisi berbagai bidang.

Menanggapi hal itu, Deddy Mizwar menjelaskan, selama ini, ada kesalahpahaman dari masyarakat, termasuk seniman mengenai DKJB.

Menurut Deddy, DKJB hadir sebagai wadah bagi masyarakat dan seniman untuk berdiskusi dan saling memberikan masukan untuk kemajuan, tidak hanya pada bidang seni dan budaya, namun juga berbagai bidang kehidupan lainnya.

“Tidak ada niat untuk menutupi sesuatu, terutama terkait seni dan budaya. Jadi menurut pengamatan saya, ruang komunikasi ini yang tidak tercipta sama sekali,” ungkapnya.

Rencananya, tahun depan, Pemprov Jabar akan memperbaiki dan membangun Gedung YPK tersebut agar lebih baik dan representatif sebagai ruang publik dan gedung kesenian yang representatif.

“Gedung YPK akan kita bangun tahun depan,” katanya.

Tinggalkan Balasan