Deddy Mizwar: Tata Niaga Buruk, Spekulan Marak Bermunculan
Oleh: Bayu Wicaksana

BANDUNG – Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar mengkritisi spekulan pangan yang memainkan harga pangan di pasaran.
Deddy menilai, maraknya spekulan sangat merugikan masyarakat dan petani, bahkan menjadi salah satu penyebab inflasi karena spekulan umumnya mencari keuntungan yang tinggi.
Akibatnya, harga pangan di pasaran menjadi tinggi, sehingga memberatkan masyarakat. Padahal, kata Deddy, spekulan membeli pangan dari petani dengan harga murah.
“Yang untung spekulan, yang duduk tadi. Yang keringat ya petani, yang berbulan-bulan. Mereka (spekulan) enggak berkeringat, di ruang ac tinggal klik-klik saja. Kan enggak adil,” ungkap Deddy kepada Jurnal Bandung.com belum lama ini.
Selain memainkan harga, lanjut Deddy, spekulan pun kerap menjadi faktor pendorong dilakukannya kebijakan impor.
“Spekulan pasti ada pengaruhnya. Beras impor ini kan murah,” ucapnya.
Kendati begitu, Deddy memahami, spekulan masih leluasa bertindak karena tata niaga pangan di negara ini belum baik. Salah satunya, karena belum adanya data yang akurat terkait potensi dan ketersediaan produk pertanian.
“Ini karena menggunakan data yang debatable. Sehingga tidak aneh apabila antarkementerian dan badan selalu tidak cocok setiap ada kebijakan impor, selalu gaduh. Kita tidak berharap lagi ada spekulan-spekulan berbicara tentang impor komoditi ini. Karena informasi ini yang tidak valid,” bebernya.
Lebih lanjut Deddy mengatakan, data yang tidak akurat ini mengakibatkan tidak teraturnya pola tanam petani. Selama ini, petani dibiarkan menanam sesuka hati tanpa arahan dari pemerintah.
Untuk mengatasi hal itu, kata Deddy, Pemprov Jabar akan membentuk Pos Penyuluh Desa (Posluhdes) agar data pertanian di Jabar bisa tersaji akurat. Para petugas Posluhdes juga akan memberikan penyuluhan kepada para petani di Jabar.
“Jadi petani bisa berpikir untuk menentukan tanamannya. Kalau kata penyuluh jangan nanam tomat karena masih banyak, petani bisa ke cabai. Atau sebaliknya. Jadi harga di petani stabil, enggak ada yang busuk karena enggak kejual. Harga di masyarakat pun stabil,” katanya.
Kepala BPMPD Jabar Dede Rusdia menambahkan, penyajian data pertanian secara akurat ini menjadi solusi ampuh untuk mengatasi tingkah spekulan.
“Ada pemain pasar. Menyikapi calo-calo pasar, ya bentuknya dengan seperti ini,” kata Dede.
Nantinya, kata Dede, petugas penyuluh akan membimbing dan mengarahkan petani dalam menanam. Selain itu, Posluhdes pun nantinya akan menentukan pasar mana saja yang bisa dijangkau petani untuk menyalurkan hasil pertanian.
“Sehingga mengalirnya kebutuhan sembako setiap bulannya rata. Dengan ada penyuluh, semuanya akan tahu. Kita ingin desa ini maju, sukses,” tandasnya