Berkat Keuletannya, Deya Faaghna Berkesempatan Terbang dan Berkuliah di Amerika

Deya Faaghna
Foto net

Oleh: Ridwan Alamsyah

Jurnal Bandung – Cantik dan pintar, sungguh suatu perpaduan sempurna yang  dimiliki mojang geulis ini. Berawal dari kecintaanya kepada bahasa Inggris, gadis yang akrab dipanggil Dea ini berhasil lolos dalam program pertukaran pelajar ke Amerika Serikat.

Dea juga berkesempatan melanjutkan kuliah di IOWA State University dengan mengambil jurusan Enviromental Science and Planology.

Semasa SMA, pemilik nama lengkap Deya Faaghna ini aktif di koran sekolah yang membawa keuntungan tersendiri baginya. Sebab, dengan aktif di koran sekolah, Dea pun bisa terus melatih kemampuan bahasa Inggrisnya.

“Dengan terbiasa mewawancara orang dengan berbagai latar belakangnya kemudian menulisnya, menjadi latihan bahasa Inggris yang seru,” tutur Dea yang mengaku tinggal di Jalan Logam, Kota Bandung ini.

Setelah menyelesaikan pendidikannya di bangku SMA, putri pasangan Deding Ishak dan Rahmayani Dewi ini memutuskan untuk melanjutkan kuliah di Negeri Paman Sam tersebut.

Karena sudah terbiasa hidup mandiri dan jauh dari orang tua, Dea pun mengaku tidak mengkhawatirkan kondisinya saat menjalankan kuliahnya.

Terlebih, semasa SMA, Dea pun selalu sibuk dengan berbagai aktivitasnya sehingga tidak pernah merasa kesepian.

Dea sempat mengungkapkan secuil pengalamannya saat berkuliah di Amerika. Dia mengaku mengalami sebuah peristiwa menegangkan.

Ketika itu, Dea yang sudah memiliki SIM Amerika mengalami kecelakaan kecil, yakni mobil yang dikendarainya bertabrakan dengan mobil lain di jalan raya.

Dalam hitungan detik, kata Dea, polisi pun datang di lokasi kejadian yang kemudian mengamankan Dea dan pengemudi lainnya itu, berikut kendaraanya.

“Di sana tidak ada ngotot-ngototan, langsung aja ada surat panggilan pengadilan dan diputuskan siapa yang salah,” tutur Dea tanpa bermaksud membandingkan penegakan hukum di Amerika dengan Negeri ini.

Selain itu, ada hal lain yang patut diacungi jempol pada diri Dea. Selama di Amerika, Dea tetap melindungi auratnya dengan berbusana muslim lengkap dengan kerudungnya.

Meskipun, saat itu, santer terjadi tindak diskriminasi kepada muslim di Amerika menyusul peristiwa pengeboman menara kembar.

Dea pun malah berusaha membuktikan kepada teman satu sekolahnya bahwa agama Islam itu agama yang damai.

“Awalnya sih biasa mereka jaga jarak, tapi gak apa-apa lambat laun setelah saling mengenal, kerudung tidak lagi menjadi pembatas,” tandasnya.

Tinggalkan Balasan