Wisatawan Malaysia pun Gemar Belanja Boboko, Nyiru, hingga Tolombong di Bandung
Oleh: Ridwan Farid

Jurnal Bandung – Beberapa tahun terakhir, Kota Bandung menjadi destinasi wisata belanja wisatawan asal Malaysia. Keberadaan Pasar Baru Bandung sebagai pusat perbelanjaan terbesar di Kota Bandung disebut-sebut sebagai destinasi utama wisatawan Negeri Jiran itu untuk berbelanja berbagai produk fesyen.
Hal itu tak lepas pula dari imej Kota Bandung yang menjadi kiblat fesyen di Indonesia. Apalagi, akses dari Malaysia ke Bandung pun kini cukup mudah menyusul dibukanya rute Malaysia-Bandung oleh sejumlah maskapai penerbangan.
Di balik kegemarannya berbelanja produk fesyen di Kota Bandung, ternyata ada produk lain yang sering diincar wisatawan Malaysia. Produk yang diincar itu adalah produk kerajinan berbahan bambu yang banyak dijual di belakang Pasar Baru Bandung.
Di tempat itu, memang banyak dijajakan berbagai produk kerajinan tangan berbahan bambu yang akrab dikenal masyarakat Sunda seperti boboko, nyiru, hingga tolombong.
“Yang beli bukan cuma orang Bandung aja, malah banyak wisatawan Malaysia. Mereka beli baju di Pasar Baru Bandung, terus turun ke sini, beli kerajinan,” ungkap seorang penjual produk kerajinan di belakang Pasar Baru Bandung Budi, 30, kepada Jurnal Bandung, Rabu (25/3).
Menurut Budi, mereka tertarik membeli produk kerajinan berbahan bambu karena barang-barang tersebut di negaranya sulit diperoleh. Selain itu, kata Budi, banyak wisatawan Malaysia yang menganggap produk kerajinan berbahan bambu unik.
Budi mengaku sudah puluhan tahun berjualan produk kerajinan di belakang Pasar Baru Bandung. Bahkan, Budi pun mengaku jika usahanya merupakan usaha turun temurun dari keluarganya.
Produk kerajinan yang dijualnya, lanjut Budi, dia peroleh dari para pengrajin di berbagai daerah di Jawa Barat seperti Tasikmalaya, Sumedang, dan Garut.
“Tapi kebanyakan memang dari Rajapolah (Tasikmalaya),” imbuh Budi.
Selain wisatawan Malaysia dan warga Bandung, produk kerajinan yang dijualnya pun banyak dilirik para pengelola kafe di Kota Bandung. Bahkan, tidak jarang Budi menerima pesanan khusus produk kerajinan berbahan bambu dari para pengelola kafe tersebut.
“Mungkin mereka ingin kembali menggunakan perkakas tradisional. Banyak juga yang menganggapnya unik dan punya ciri khas Sunda,” kata Budi.
Budi pun mengaku tak terganggu dengan serbuan produk perkakas modern yang terbuat dari plastik ataupun logam. Karena menurut dia, perkakas tradisional berbahan bambu punya daya tarik tersendiri.
“Gak khawatir, karena punya pangsa pasar sendiri-sendiri,” tandasnya.
Namun, dari pantauan Jurnal Bandung, meskipun pusat kerajinan tersebut sudah ada sejak puluhan tahun lalu dan kini menjadi daya tarik wisatawan mancanegara, tak terlihat ada kesan spesial dari pusat kerajinan tersebut.
Berbagai produk kerajinan bambu yang dijual tidak disusun menarik layaknya toko yang menjual souvenir. Bahkan, produk kerajinan yang dijual dibiarkan menumpuk begitu saja. Tak ada juga dekorasi khusus dari deretan toko-tokonya, malah terkesan seperti pasar tradisional umumnya.