Warga Sunda Kecewa dengan Reshuffle Kabinet Jokowi-JK

Oleh: Bayu Wicaksana

Foto net
Foto net

Jurnal Bandung – Perombakan (resuffle) kabinet yang dilakukan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla dinilai tidak akan berdampak terhadap kualitas pembangunan.

Sebab, reshuffle tersebut hanya bertujuan untuk mengakomodasi sejumlah partai yang baru bergabung dengan koalisi pemerintahan.

Hal ini disampaikan Ketua Umum Paguyuban Pasundan Didi Turmudzi saat dimintai komentarnya terkait pergantian menteri tersebut.

“Ini hanya mewadahi dari partai yang bergabung mendadak di perjalanan, hanya itu kepentingannya. Tidak visioner ke depan, bagaimana masalah bangsa dan negara ini diselesaikan dengan baik,” ujar Didi saat dihubungi jurnalbandung.com, Rabu (27/7).

Terlebih, sebagai warga Jawa Barat, Didi pun mengaku sangat kecewa dengan perombakan kabinet kali ini. Pasalnya, sejumlah menteri asal tanah Pasundan menjadi korban karena terdepak dari kursi menteri.

Nama-nama Yuddy Chrisnandi dan Ferry Mursyidan Baldan pun kini tak lagi menjabat sebagai menteri di kabinet Jokowi-JK. Padahal, lanjutnya, saat berdirinya Indonesia dahulu, tidak terlepas dari keterwakilan setiap suku yang ada.

“Saat pembentukan (Indonesia), menghendaki adanya penguatan kebersamaan di negara ini yang terkait dengan latar belakang berdirinya Indonesia. Ada kontrak sosial dengan suku-suku di Indonesia. Suku Sunda itu terbesar kedua di Indonesia,” paparnya.

Bahkan, dengan tak ada laginya wakil dari warga Sunda yang duduk di kabinet, Didi menilai ini sebagai bentuk mengesampingkan suku terbesar kedua di Indonesia ini.

“Reshuffle ini melihat sebelah mata orang-orang Sunda, itu aja. Ini melihat sebelah mata orang Sunda. Ketika tidak ada Yuddy (tidak ada orang Sunda), ini barang tentu sangat kecewa. Khususnya orang Pasundan, kecewa banget, tidak ada yang mewakili dari kultur Sunda,” tuturnya.

Padahal, jika melihat sejarah, lanjut Didi, orang Sunda memiliki kontribusi yang besar terhadap keutuhan Indonesia.

“Saya kira pengalaman sejarah di Indonesia itu, yang menyelamatkan Indonesia adalah Juanda. Itu perdana menteri yang andilnya besar menyelamatkan negeri ini. Melahirkan Deklarasi Juanda, menyatukan seluruh pulau-pulau yang ada dengan Indonesia. Itu kan menyelamatkan negeri ini,” tegasnya.

Selain itu, dilihat dari kualitas pun, Didi menilai, orang Sunda memiliki potensi besar yang bisa mendorong jalannya pembangunan.

“Di jabar ini banyak orang potensial untuk membantu memecahkan masalah negeri ini,” ucapnya.

Kualitas menteri asal Jabar pun, lanjutnya, tidak terlalu mengecewakan sehingga pantas jika dipertahankan.

“Alasannya apa? Kinerja bagus kok, banyak alasan untuk mempertahankannya,” ujarnya.

Oleh karena itu, Didi berharap, perombakan kabinet ini menjadi momentum bagi orang Sunda untuk lebih menunjukkan kemampuan, terutama dalam memberi kontribusi terhadap pembangunan.

“Ini kesempatan untuk membangun soliditas kesukubangsaan. Buktikan kita bisa memberikan kontribusi maksimal untuk pembangunan bangsa ini,” ucapnya.

Lebih lanjut Didi mengatakan, komposisi kabinet Jokowi-JK ini mengundang kecemburuan dan prasangka terhadap salah satu etnis, khususnya terkait penguasaan ekonomi. Hal ini harus segera diantisipasi karena hanya akan menimbulkan persoalan baru bagi bangsa ini.

“Ada kecemburuan dan prasangka dari yang terkait penguasaan ekonomi. Banyak komunitas tertentu yang jadi sorotan orang-orang pribumi, maka ini menjadi sebuah keadaan yang kurang baik. Menimbulkan persoalan baru,” pungkasnya.

Sementara itu, Ferry Mursyidan Baldan memohon maaf kepada seluruh masyarakat jika terdapat hal yang tidak berkenan selama mengemban amanah sebagai menteri. Ferry pun mengucapkan terima kasih atas setiap kerja sama yang dijalinnya.

“Mohon maaf dan terima kasih pd sel masyarakat atas hal yg kurang berkenan dan kerjasama selama sy mengemban amanah membantu Pres @jokowi,” kata Ferry dalam akun twitternya @theofficialfmb, kemarin.

Tinggalkan Balasan