Sukses Ciptakan Pesawat, Lulusan SR Ciroyom Ini Sempat Bikin Geger Eropa
Oleh: M. Ardiansyah
Jurnal Bandung – Siapa sangka, lulusan Sekolah Rakyat (SR) Ciroyom, Kota Bandung ini sempat membuat geger benua Eropa atas kesuksesannya menciptakan sebuah pesawat terbang.
Yang bikin geger, selain menciptakan, lelaki ini pun mampu menerbangkan pesawat ciptaannya dan mendaratkannya di Belanda. Masyarakat benua Eropa saat itu tak menyangka, ada seorang lelaki Indonesia, yang notabene tengah dijajah Belanda, sukses menciptakan pesawat sekaligus menerbangkannya.
Sejak kecil, lelaki kelahiran 1910 itu tinggal di sebuah rumah di sekitar Pangkalan Udara Andir (sekarang Bandara Husein Sastranegara), tepatnya di Jalan Pasir Kaliki, Kota Bandung. Lalu lalang pesawat di Pangkalan Udara Andir membuat dia sangat akrab dengan pesawat.
Lelaki itu adalah Achmad bin Talim. Dialah sosok di balik terciptanya pesawat Walrafen-2, 1935 silam, bersama dua orang rekannya.
Seperti diberitakan Majalah Suara Angkasa edisi Januari 2012, Achmad disebut sebagai salah satu teknisi yang sangat terampil dan cekatan dalam bekerja.
Masa kecilnya yang sudah sangat akrab dengan pesawat, membuat dia begitu menyukai pesawat. Setelah lulus dari SR Ciroyom, Achmad melanjutkan studi di sekolah teknik. Setelah lulus, Achmad pun menerima tawaran bekerja di Luchtvaart Afdelling, bagian dari Militaire Luchtvaart Dients (Penerbangan Militer Hindia Belanda) di Andir.
Karier Achmad sendiri sebenarnya dimulai sebagai tukang kikir pesawat. Namun dengan ketekunannya, dia berhasil mendapat tawaran dari seorang teknisi pesawat yang bekerja di pabrik pesawat terbang Fokker, Belanda. Achmad diminta untuk membantu memperbaiki pesawat.
Pekerjaan ini membawa Achmad berkenalan dengan jantung pesawat terbang. Achmad dipekerjakan pada bagian perbaikan mesin dan pemasangan rangka. Dengan berjalannya waktu, kemampuan Achmad dalam memperbaiki pesawat makin terasah.
Hingga pada 1934, dia mendapat tawaran dari seorang pengusaha roti bernama Khouw Khe Hien untuk membuat pesawat sendiri. Achmad kemudian membicarakan pesanan tersebut dengan teman-temannya di Luchtvaart Afdelling. Ada dua orang yang menyanggupi, yaitu Kapten M.P. Pattist dan tenaga sipil L.W. Walraven.
Mereka lah yang merancang desain pesawat, sedangkan Achmad menangani pengerjaannya. Karena pesanan tersebut merupakan kerja sambilan, Achmad pun mengerjakan pesawat tersebut di sore hari, seusai bekerja di Andir. Garasi rumahnya dimanfaatkan Achmad sebagai bengkel pembuatan pesawat. Sementara perakitannya dilakukan di Andir.
Pengerjaan badan pesawat ini membutuhkan waktu hingga 6 bulan dan dikerjakan sendiri oleh Achmad. Sementara kelengkapan pesawat seperti pipa besi, kabel baja, roda pendarat, dan lain-lainnya diselesaikan oleh Kapten Pattist dan Walreven.
Selesai dibangun, pesawat diuji terbang dan ternyata berhasil. Bahkan, pesawat bisa dibawa terbang hingga ke Belanda dengan nomor ragistrasi internasional PK-KKH (PK kode Hindia Belanda dan KKH singkatan Khouw Khe Hien sebagai pemrakarsanya).
Selain Walreven-2, Achmad juga pernah membuat pesawat ringan pada tahun 1938. Pesawat itu memiliki baling-baling yang menghadap ke belakang dan motor yang dipasang di atas kabin penumpang.
Lain cerita, 9 April 1946, Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) yang dipimpin oleh KSAU Komodor Udara Soerjadi Soerjadarma dibentuk. Soerjadarma lalu meminta Achmad dan temannya, lulusan Luchtvaart Afdelling untuk menghidupkan bengkel pesawat AURI di Pangkalan Udara Maguwo, di Yogyakarta.
Namun, saat sampai di Yogyakarta, Achmad justru mendapat surat perintah pergi ke Pangkalan Udara Maospati untuk membantu Opsir Udara III Wiweko Supono. Achmad yang sudah terdaftar sebagai anggota AURI itu ikut membantu membuat pesawat WEL-1 RI-X. Selain WEL-1 RI-X Achmad juga ikut membuat pesawat Si Kumbang, Belalang, dan Kunang. Achmad juga merakit helikopter pertama di Indonesia.