Ribuan Hektare Sawah Puso, Dewan Minta Dana Bansos Dikucurkan
Oleh: Bayu Wicaksana

Jurnal Bandung – Banjir yang terjadi di beberapa daerah di Jawa Barat menyebabkan lahan pertanian banyak yang terendam, terutama di kawasan pantai utara.
Menurut Kepala Dinas Pertanian Jabar Diden Trisnadi, berdasarkan laporan yang diterimanya hingga 29 Februari lalu, luas total lahan pertanian se-Jabar yang terendam mencapai sekitar 10.010 hektare. Dari luas tersebut, sekitar 2.194 mengalami puso.
“Lahan puso yang paling luas ada di Indramayu. Dari luas lahan yang terendam 6.387 hektare, pusonya 1.596,” kata Diden kepada jurnalbandung.com di Gedung Sate, Kota Bandung, Jumat (11/3).
Selain Indramayu, daerah yang paling banyak lahan pusonya adalah Cirebon. Dari 854 hektare lahan yang terendam, lahan yang puso mencapai 355 hektare.
“Selain itu, lahan di Karawang yang terendam seluas 810 hektare. Serta Subang, lahan yang terendam seluas 754 hektare dengan puso 241 hektare,” katanya.
Menurut dia, untuk mengatasinya, kini pihaknya sedang berkoordinasi dengan pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Pertanian. Dia menambahkan, pihaknya akan mengusahakan pemberian benih baru.
“Insya Allah sudah diajukan. Benih sesuai kebutuhan di sana,” katanya.
Pengajuan bantun benih ke pusat tersebut sesuai permintaan dari masing-masing daerah.
“Kami tunggu pengajuan dari mereka, takutnya ada yang sudah ditanam,” tambah Diden.
Lebih lanjut Diden mengatakan, sebenarnya, saat ini sudah ada benih padi yang lebih tahan terhadap banjir. Walau terendam, benih tersebut bisa bertahan lebih lama dibanding yang biasa.
“Ya, tahan banjir lah istilahnya, tapi ini masih dikembangkan. Kemarin kan kita malah menghadapi kekeringan,” ungkapnya.
Sementara itu, disinggung bantuan traktor yang saat ini terhenti karena tersandung aturan baru tentang dana hibah, Diden membenarkan program bantuan traktor memang sudah tidak ada lagi. Namun, dia berharap ini tak akan memengaruhi target produksi padi di Jabar.
Terlebih, kata dia, bantuan traktor sebelumnya masih ada di setiap kelompok tani sehingga semua petani bisa menggunakan secara bergilir.
“Kalau traktor tak terlalu berpengaruh. Yang paling memengaruhi produksi biasanya banjir atau kekeringan,” katanya.
Sementara itu, Ketua Komisi II DPRD Jabar Ridho Budiman Utama mengatakan, bantuan sosial sangat diperlukan petani yang lahannya terendam akibat banjir karena mereka terancam gagal panen.
“Masa-masa saat menanam padi atau musim tanam ialah masa paceklik bagi petani. Ditambah lagi sekarang lahannya terendam banjir,” kata Ridho.
Menurut Ridho, bantuan sosial yang diberikan untuk petani yang lahannya terendam banjir bisa berupa kebutuhan pokok atau obat-obatan.
Ridho menilai, pemberian bibit padi baru memang penting, namun menurutnya ada juga petani yang rumahnya ikut terendam di musim penghujan seperti sekarang ini.
“Jadi saya pikir bantuan sosialnya bisa berupa kebutuhan pangan dan kesehatan bagi mereka,” katanya.
Ridho menambahkan, permasalahan irigasi dan drainase yang buruk menyebabkan banyak lahan petani menjadi terendam banjir akibat curah hujan yang tinggi di musim penghujan.
Tahun ini, kata Ridho, untuk pertanian akan ada bantuan anggaran Rp 700 miliar.
“Kami berharap anggaran ini bisa untuk memperbaiki sistem irigasi dan drainase pertanian,” katanya seraya mengaku khawatir lahan sawah yang terendam akibat banjir bisa memengaruhi produksi padi Jabar tahun ini.