Resmi Miliki PLTM, Pemprov Jabar Mulai Jual Listrik ke PLN
Oleh: Bayu Wicaksana
Jurnal Bandung – Pemprov Jawa Barat resmi menjual listrik yang dihasilkan Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) Cirompang kepada PT PLN. PLTM yang terletak di Desa Cihikeu, Kecamatan Bungbulang, Kabupaten Garut ini memiliki kapasitas 8 hingga megawatt.
Gubernur Jabar Ahmad Heryawan mengatakan, PLTM ini merupakan yang pertama dimiliki Pemprov Jabar. Nantinya, Heryawan berharap, PLTM ini mampu memenuhi kebutuhan listrik di Jabar selatan.
Meski begitu, tidak menutup kemungkinan pasokan listrik dari PLTM ini pun akan didistribusikan ke provinsi lainnya di pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
“Alhamdulillah sudah mulai, sudah empat hari lalu, sudah running. Resmi PT Tirta Gemah Ripah (Tirta Jabar) melakukan penjualan listrik ke PLN, dengan harga yang sudah disepakati,” kata Heryawan seusai menyaksikan penandatanganan commercial operating date (COD) antara Direktur Utama PT Tirta Jabar (BUMD milik Pemprov Jabar) Emryas Imsak Soeleiman dengan General Manager PLN Distribusi Jabar Iwan Purwana, di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Kamis (7/4).
Kepada jurnalbandung.com, Gubernur yang akrab disapa Aher itu menuturkan, potensi minihidro di Jabar cukup besar, yakni mencapai sekitar 300 megawatt.
Dengan telah beroperasinya PLTM Cirompang, minihidro yang sudah termanfaatkan untuk listrik menjadi 43 megawatt. Heryawan berharap, ke depan, potensi minihidro di Jabar bisa dikembangkan lagi.
Direktur Utama PT Tirta Jabar Emryas Imsak Soeleiman mengatakan, listrik yang dihasilkan PLTM Cirompang akan dijual ke PLN seharga Rp656 per kwh.
Dengan harga eksisting tersebut, pihaknya akan menerima pembayaran dari PLN sebesar Rp2,6 miliar per bulan. Menurutnya, tarif yang seharusnya dibayar PLN sebesar Rp12 sen dollar per kwh.
Namun, mengingat belum naiknya subsidi dari pemerintah, PLN pun belum bisa menaikkan bayarannya. Lebih lanjut dia mengatakan, untuk pembangunan PLTM Cirompang ini pihaknya mengeluarkan investasi sebesar Rp172 miliar.
Dengan nilai jual beli saat ini, pihaknya optimistis modal yang sudah dikeluarkan akan kembali dalam waktu 6-7 tahun.
“Kalau tarifnya naik bisa lebih cepat lagi, bisa empat tahun,” katanya seraya menyebut tarif yang diberlakukan sesuai dengan aturan dari Menteri Energi Sumber Daya dan Mineral.
Dia menyebut, PLTM Cirompang memiliki empat mesin yang masing-masing berkapasitas dua megawatt.
“Empat mesin masing-masing dua megawatt. Mungkin rata-rata 5-6 megawatt. Ketika beban puncak bisa sampai di delapan megawatt,” terangnya.
Dia melanjutkan, potensi minihidro di Jabar yang sudah dieksploitasi mencapai 35 megawatt. Kabupaten Garut menjadi daerah yang paling banyak potensi minihidronya.
Lebih lanjut dia mengatakan, pembangunan PLTM Cirompang ini tergolong lancar karena adanya dukungan dari masyarakat sekitar. Masyarakat, kata dia, sudah mengerti sejak awal akan dampak PLTM tersebut.
“Kita sudah pendekatan sosial dari awal. Pembebasan lahan lancar. Masyarakat kita berikan pengertian, ini untuk kebutuhan mereka sendiri. Setelah proyek jadi, mereka masih tetap bisa berusaha,” bebernya.
Selain PLTM ini, pihaknya pun akan mengembangkan PLTM lainnya seperti di Cikembang, Tasikmalaya berkapasitas 3,8 megawatt dan Cirompang bagian atas berkapasitas 2,24 megawatt. Dengan kinerja PT Tirta Jabar saat ini, kata dia, pihaknya tidak perlu suntikan dana lagi dari Pemprov Jabar.
“Cirompang atas 100 miliar (rupiah), yang tasik Cikembang 70 miliar (rupiah),” pungkasnya.
General Manager PLN Distribusi Jabar Iwan Purwana mengatakan, dengan kehadiran PLTM Cirompang, di Jabar kini terdapat 16 lokasi PLTM yang sudah beroperasi.
“Yang sebelumnya 35 megawatt, ditambah delapan (Cirompang) jadi 43 megawatt,” sebutnya.
Selain itu, saat ini tengah diproses pengoperasian sekitar 20 PLTM lainnya di Jabar. Dari jumlah tersebut, diprediksi menghasilkan listrik berkapasitas 60 megawatt.
“Saya tergantung para pengembang. Yang mana dulu, kan mereka butuh waktu, butuh pendanaan. Tapi barang siapa relatif lebih siap, ya kita akan segera,” katanya.
Menurutnya, pembangunan PLTM ini sejalan dengan permintaan pemerintah pusat untuk mendorong pengembangan energi baru terbarukan.
“Karena energi fosil, batu bara, minyak, lama-lama akan habis. Kalau air, tenaga angin, sampah, bisa lebih,” pungkasnya.