Redam Konflik di Laut China Selatan, Kemenlu Gelar Lokakarya di Bandung

‪Oleh: Yuga Khalifatusalam

Jurnalbandung.com – Demi mengurangi gesekan di laut China Selatan, Kementrian Luar Negeri mengelar acara Lokakarya Pengelolaan Potensi Konflik di Laut China Selata (Workshop Managing Potential Conflict In The South China Sea) ke-26 di Bandung.

Acara yang juga dihadiri oleh 11 negara ini dinilai sangat positif. Perwakilan dari pihak Kementerian Luar Negeri Siswo Pramono menjelaskan, dengan adanya acara tersebut, hubungan antarnegara bisa lebih baik.

“Perlu mekanisme kontrol untuk melihat. Sampai ketahuan kesulitannya dimana dan bagaimana membantunya,” kata Siswo dalam konferensi pers di Hotel Grand Preanger, Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, Rabu (16/11).

Dalam kesempatan itu, dia mengatakan, Laut China Selatan sangat rawan potensi konflik. Melalui lokakarya ini, pihaknya berharap potensi konflik tersebut bisa ditekan dengan mengedepankan kerja sama antarnegara.

“Konflik yang potensial itu dipupus dan diupayakan menjadi kerja sama, tapi masih perlu ditingkatkan dari aspek koordinasi karena begitu banyak lembaga yang melaksanakan,” terangnya.

Wilayah Laut China Selatan, lanjut dia, merupakan area yang penuh dengan potensi sumber alam dan secara geografis berada di lokasi yang strategis.

Keadaan tersebut membuat wilayah yang berbatasan langsung dengan banyak negara itu juga memiliki dinamika geopolitik yang tinggi dan rentan terhadap eskalasi konflik.

Menurutnya, dibutuhkan suatu mekanisme dan forum khusus untuk menyelaraskan kepentingan-kepentingan berbagai pihak di Laut China Selatan dan meredam potensi konflik di wilayah tersebut.

Siswa menyebutkan, Kementerian Luar Negeri melalui Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan menyelenggarakan Workshop on Managing Potential Conflict in The South China Sea, 16-17 November 2016.

Workshop tersebut merupakan inisiatif Indonesia untuk mengeksplorasi peluang kerja sama sekaligus sebagai sarana membangun (confidence building measures) antara pihak-pihak terkait melalui mekanisme dialog.

Diharapkan, kerja sama yang kuat antara pihak-pihak terkait mampu memberikan hasil konkret untuk perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di kawasan Laut China Selatan.

Penyelenggaraan workshop yang telah diselenggarakan sejak 1990 ini diikuti 11 peserta, yakni Brunei Darussalam, RRT, Filipina, Indonesia, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Vietnam, dan China Taipei.

Tinggalkan Balasan