Pemkot Bandung Akan Lelang Ulang Proyek Monorel
Oleh: JB-01
Jurnal Bandung – Pemkot Bandung terpaksa melelang ulang proyek light rapid transit (LRT) atau monorel di Kota Bandung. Pasalnya, hingga batas waktu lelang awal berakhir, tidak ada satupun peserta lelang yang memenuhi syarat administrasi pada tahap pra kualifikasi lelang.
”Lelang monorel pra kualifikasi ini diulang karena berdasarkan evaluasi pra kualifikasi, administrasi secara keseluruhan tidak ada yang lulus sama sekali,” jelas Ketua Lelang LRT Kota Bandung Srie Dhiandini kepada Jurnal Bandung di Balai Kota Bandung, Kamis (26/2).
Seperti diketahui, sejak 2013 lalu, Pemkot Bandung berencana membangun sarana transportasi masal berbasis monorel. Rencananya, LRT atau monorel yang akan dibangun terbagi dalam dua koridor.
Koridor pertama melintang dari utara ke selatan sepanjang 10 kilometer (km) mulai dari Babakan Siliwangi dan berakhir di Leuwipanjang. Sementara koridor dua melintang dari barat ke timur mulai dari Kebon Kopi hingga kawasan Antapani. Untuk merealisasikan mega proyek tersebut, dibutuhkan anggaran sekitar Rp6 triliun.
Pemkot Bandung pun melakukan proses lelang untuk proyek tersebut. Hingga batas akhir penyerahan dokumen pra kualifikasi lelang 29 Januari lalu, tercatat ada tiga perusahaan yang mendaftar dalam lelang pembangunan LRT ini.
Dhini yang juga Kepala Bidang Informasi dan Teknologi Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Bandung itu menyebutkan, ketiga perusahaan tersebut berasal dari dalam dan luar negeri seperti PT Lembaga Elektrik Nasional (LEN), konsorsium Singapore Mass Rapid Transit (SMRT), dan konsorsium Aeromovel asal Perancis.
Namun, ketiga perusahaan tersebut gagal dalam tahap pra kualifikasi lelang. PT LEN misalnya, secara kemampuan finansial, PT LEN cukup mampu untuk membangun LRT ini. Namun, PT LEN tidak memiliki pengalaman di bidang perkeretaapian.
Sementara konsorsium Aeromovel asal Perancis memiliki kelemahan dari sisi finansial. Konsorsium ini menggandeng delapan perusahaan untuk bergabung dalam konsorsium, Namun konsorsiumnya tapi dilengkapi dokumen atau akte notaris. Selain itu, total aset yang dimiliki mereka pun tidak memenuhi persyaratan.
”Tapi kalau pengalaman Aeromovel ini punya. Tapi itu tadi, asetnya tidak sesuai persyaratan, jadi gagal,” imbuhnya.
Untuk SMRT, Dhini menjelaskan, kasusnya sama seperti Aeromovel. Dalam laporan keuangannya, SMRT menggandeng perusahaan lokal. Akan tetapi, perusahaan lokalnya tersebut juga tidak melampirkan laporan keuangan. Selain itu, total aset yang dimilikinya pun lebih rendah dari yang disyaratkan.
”Karena syaratnya kan harus memiliki aset sebesar Rp3 triliun. Kan harus sesuai dengan nilai konstruksi,” ujarnya.
Karena tidak ada yang lolos tahap pra kualifikasi, pihaknya terpaksa melakukan lelang ulang. Sejak 25 Februari kemarin, pihaknya telah mengumumkan proses lelang ini. Pendaftaran lelang dimulai sejak 25 Februari hingga 24 April mendatang.
”Kita sudah umumkan lelang ulang ini, di media nasional dan internasional. Sudah diumumkan juga di website,” ujarnya.
Ditanya apakah sudah ada perusahaan yang kembali memasukan dokumen lelang, Dhini mengungkapkan, hingga kini belum ada satu pun perusahaan yang mendaftar. Para peserta lelang, kata Dhini, kemungkinan mulai memasukan dokumen pada detik-detik terakhir.
”Karena pastinya kan mereka harus menyiapkan dokumen dan syarat-syaratnya. Persyaratannya memang terlihat berat. Tapi ini untuk menjaring supaya tidak sembarang perusahaan masuk,” pungkasnya.