Owner The Great Asia Africa Kaget dengan Sikap DBMPR Jabar

Oleh: Redaksi

Jurnalbandung.com – Pemilik (owner) The Great Asia Africa, Perry Tristianto mengaku kaget dengan rekomendasi yang dikeluarkan Pemprov Jawa Barat melalui Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang (DBMPR) Jabar terhadap usahanya.

 

 

Perry yang juga dikenal sebagai pengusaha factory outlet itu menilai, rekomendasi yang dikeluarkan DBMPR seharusnya didahului dengan peringatan jika memang ditemukan indikasi pelanggaran pendirian bangunan The Great Asia Africa.

 
“Harusnya saya dipanggil dulu, kenapa saya, salahnya apa? Dilihat dari segi proposal-proposal, kita lihat dulu. Dengan ada pernyataan harus tutup dulu, kita kaget,” tutur Perry dalam konferensi pers di kawasan Jalan Cimandiri, Kota Bandung, Sabtu (8/2/2020).

 

 

Menurut Perry, selama ini pihaknya mengaku tidak banyak tingkah, setiap rapat pun, dirinya yang menghadiri tanpa diwakilkan.

 

 

Bahkan, kata Perry, sudah menghadiri langsung undangan dari Dinas Perhubungan (Dishub) Jabar dan Kepolisian Daerah (Polda) Jabar untuk membicarakan solusi mengenai kepadatan lalu lintas tersebut. Dari pertemuan itu, kata Perry, muncul kajian untuk membuat jembatan penyeberangan orang (JPO) dari Farmhouse ke The Great Asia Africa.

 

 

“Kalau ada salah, panggil dulu, tinggal beresin. Seperti JPO, itu ide dari Dirlantas (Direktorat Lalu Lintas). Kita rapat terus di Dirlantas tentang banyak orang yang menyebrang, kemudian timbul ide JPO ke Farmhouse. Itu sebelum saya buka, baru resi. Pas saya buka, ada kendala macet, baru timbul ide JPO. Karena ada kemacetan, saya suruh bikin JPO. Saya sekarang lagi gambar JPO,” bebernya.

 
Perry menegaskan, pihaknya sudah mengantongi rekomendasi dari Pemprov Jabar untuk mengembangkan kawasan wisata di Kawasan Bandung Utara (KBU) tersebut. Sementara soal izin mendirikan bangunan (IMB) dari Kabupaten Bandung Barat masih dalam proses karena menurutnya butuh beberapa kajian lagi. Namun, Perry mengaku sudah mengantongi resi IMB tersebut.

 
“Semuanya kan pakai proses, tapi untuk KBU kami sudah punya. Sisanya masih kajian dan satu kajian saja bisa selesai satu atau dua bulan. Izin Farmhouse saja baru keluar 1,5 tahun setelah operasi,” imbuhnya.

 

 

Mengenai pernyataan DBMPR Jabar yang menyatakan The Great Asia Africa beroperasi sebelum izin dikeluarkan, Perry menyatakan, pihaknya sudah mengantongi rekomendasi KBU. Saat dirinya membangun tempat wisata itu pun, pihaknya merasa tidak ditegur pemerintah.

 

 

Perry mengatakan, pernyataan dari DBMPR Jabar itu membuat masyarakat resah dan akhirnya ribuan calon pengunjung yang akan berkunjung ke kawasan tersebut membatalkan kunjungannya akhir pekan ini.

 

 

“Kerugian sangat banyak. Nama, dari segi finance, saya kan dari bank. Tapi saya jalanin saja lah. Biasanya kunjungan itu sampai 4.000 di hari biasa, weekend bisa sampai 1,5 kalinya. Pegawai kami ada 400 orang. Dan hari ini, semua membatalkan tur,” pungkas Perry.

Tinggalkan Balasan