Netty Minta Orang Tua Dampingi Anak Saat Baca Buku

Oleh: Redaksi

Jurnalbandung.com – Beredarnya buku cerita anak berjudul “Aku Berani Tidur Sendiri”, sebuah judul dari seri “Aku Belajar Mengendalikan Diri” yang diterbitkan Penerbit Tiga Ananda dan lini Penerbit Tiga Serangkai memancing reaksi masyarakat luas.

Bunda Literasi Jawa Barat Netty Heryawan menilai, perlu adanya kehati-hatian bagi para penulis dan penerbit dalam meluncurkan buku. Terlebih, tentang edukasi kesehatan reproduksi dengan mempertimbangkan dampaknya.

Sebab, tidak semua buku aman bagi kelompok usia tertentu. Menurutnya, ketika judulnya bombastis dan membuat seseorang penasaran, pastinya terdorong untuk membeli.

“Nah kalau sesuatu sudah menjadi benda publik, ada di ruang publik ada di toko buku, di perpustakaan ini kan tentu tidak bisa kita kendalikan. Maka ada baiknya para penulis ini berkonsultasi dengan psikolog saat akan menuliskan tema tentang alat reproduksi,” papar Netty di Gedung Sate, Kota Bandung, Selasa (21/2).

Walaupun menurut penulis buku ini sebagai upaya melindungi anak-anak dari kejahatan seksual, namun kata-kata yang eksplisit menurut Netty sudah cukup meresahkan masyarakat.

Buku ini dikhawatirkan memberikan contoh tidak baik untuk anak ketika orang tua lengah karena menganggap sebagai buku cerita biasa.

“Saya pikir ini tentu harus dipilah mana yang memang bisa diberikan dalam bentuk tulisan dalam buku, mana yang harus dilakukan secara langsung oleh ahlinya baik guru BK maupun psikolog atau konselor,” ungkap Netty.

Berikutnya, pihak sekolah yang merupakan lembaga yang masif berinteraksi dengan pelajar diharapkan lebih cermat melihat tumbuh kembang anak di sekolah.

“Karena itulah yang kemudian menutupi ruang kosong atau celah-celah yang tidak dilakukan keluarga di rumah,” lanjutnya.

Yang boleh ada dalam buku-buku, kata Netty, seharusnya yang bersifat umum dan universial saja. Misalnya, pembagian dan penamaan alat reproduksi laki-laki dan perempuan secara umum, termasuk dalam pembelajaran biologi soal terjadinya pembuahan, sehingga ilmu yang diperoleh tidak setengah-setengah.

“Bagi anak-anak yang menjelang dewasa atau yang sudah mengalami dewasa tentu harus menjaga pergaulan secara baik harus memilih teman yang baik dan memilih kegiatan yang positif,” katanya.

Netty juga meminta para orang tua tidak tabu dan mengajarkan sex education bagi anak-anak dengan melihat beberapa pertimbangan, di antaranya usia anak dan kedewasaan berpikirnya.

“Karena ada istilah-istilah yang kalau tidak dijelaskan secara langsung, benar dan tepat, justru nantinya akan menjadi bumerang,” tandas Netty.

Tinggalkan Balasan