Muradi di-Bully Pendukung Emil, Prof Dede Mariana Angkat Bicara

Oleh: Redaksi

Foto net
Foto net

Jurnal Bandung – Pasca mengkritisi kepemimpinan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil dan Wakil Wali Kota Bandung Oded M Danial melalui pemaparan hasil surveinya, Ketua Pusat Studi Politik dan Keamanan (PSPK) Universitas Padjadjaran (Unpad) Muradi balik diserang (di-bully) warga Bandung.

Seperti diketahui, Rabu (27/5), Muradi menyimpulkan penurunan keyakinan warga Bandung terhadap kepemimpinan Ridwan Kamil-Oded M Danial. Muradi juga menyoroti kinerja Ridwan Kamil yang menurutnya menihilkan birokrasi dan tidak memiliki prioritas pembangunan yang jelas.

Kontan saja, warga Bandung yang pro Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil menyatakan ketidaksetujuannya atas kesimpulan dan penilaian Muradi.  Berdasarkan pantauan Jurnal Bandung, hingga Minggu (31/5) pagi, lewat akun Facebook Ridwan Kamil Untuk Bandung, warga Bandung terus menerus menanggapi miring kesimpulan dan penilaian Muradi tersebut.

Seperti yang disampaikan pemilik akun Abi Rara, dia menulis: Muradi itu selalu melihat dari sisi miring karena ngaku dosen unpad saat pemilu tempohari, tidak mempunyai dasar kuat ingin memojokkan orang contohnya dgn bu Susi yg dituding calon menteri kelautan bukan jual hasil laut. Nyatanya bu Susi salah seorang menteri kabinet kerja Jokowi berprestasi. Diejeknya kurang pintar, tidak bertitel. Muradi insyaflah mengeritik tanpa dasar fakta dan data.

Menanggapi hal tersebut, Guru Besar Unpad yang juga pakar politik dan pemerintahan Profesor Dede Mariana menduga, terjadi distorsi informasi dalam penyampaian hasil survei yang dilakukan Muradi tersebut.

“Surveinya sendiri kan dilakukan eLSID, Muradi sendiri hanya menyampaikan hasil survei eLSID. Mungkin ada distorsi lalu ditangkap media, sehingga jadi rame kaya gini,” tutur Prof Dede kepada Jurnal Bandung, Minggu (31/5).

Namun begitu, Prof Dede pun menilai hasil survei eLSID yang disampaikan Muradi tersebut kurang terperinci. Kesimpulan-kesimpulan dalam survei itu pun cenderung melompat-lompat.

“Misalnya sorotan Muradi yang menilai Emil tidak sensitif gender. Apakah terkait pengangkatan jabatan atau apa? karena di tingkat nasional pun belum ada penelitian soal itu,” ungkap Prof Dede.

Disinggung soal pola birokrasi yang dijalankan Emil, yang juga menjadi sorotan khusus Muradi dalam pemaparan hasil surveinya, Prof Dede menegaskan, pada prinsipnya, Emil sudah bekerja, termasuk mengkonsolidasikan birokrasi di Pemkot Bandung. Hanya, kata Prof Dede, memang perlu terobosan-terobosan yang jitu, namun sesuai aturan-aturan yang ada agar birokrasi menjadi efektif dan bisa dirasakan publik.

“Kuncinya berbagi tugas dengan Wakil Wali Kota dan Sekda buat lakukan hal ini. Dan harus kompak mereka bertiga ini,” ucap Dede.

Prof Dede pun mengatakan, jangan sampai muncul kesan semua tugas dihandle sendiri oleh Emil. Boleh jadi, Emil sudah membagi tugas, baik eksternal maupun internal dengan wakilnya, sementara urusan birokrasi dipercayakan kepada Sekda.

Namun, lanjut Prof Dede, baik Sekda, Kepala Satuan Kerja Perangat Daerah (SKPD), hingga camat-camat tetap harus diberi target agar Emil bisa mengukur kinerja seluruh bawahannya itu.

“Baru kemudian dievaluasi day to day. Komunikasi publik harus dilakukan juga dengan baik, hindari kesan sekedar pencitraan,” tutur Prof Dede seraya mengakui, di bawah kepemimpinan Emil, secara kasat sudah terjadi perubahan-perubahan dalam pembangunan di Kota Bandung, meskipun di antaranya masih bersifat trail dan error.

Tinggalkan Balasan