MUI Jabar Sesalkan Gerhana Matahari Disambut Berlebihan
Oleh: Yuga Khalifatusalam

Jurnal Bandung – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat menyesalkan adanya eksploitasi berlebihan terhadap datangnya gerhana matahari total. Padahal, fenomena alam tersebut seharusnya cukup disyukuri sebagai tanda kebesaran Allah SWT.
“Gerhana matahari ini boleh dimanfaatkan, akan tetapi harus dengan esensi agama karena negara kita adalah negara mayoritas Islam,” ungkap ‎Sekretaris MUI Jabar Rafani Ahyar kepada jurnalbandung.com, Selasa (8/3).
Rafani menilai, masyarakat terlalu berlebihan menyambut datangnya gerhana matahari total. Dia mencontohkan, di Solo sampai ada pagelaran menyambut gerhana matahari. Padahal, kata dia, hal tersebut tidak dianjurkan agama.
“Kemudian ada yang beranggapan jika gerhana matahari adalah kejadian karena dewa yang sedang marah dan menutupi matahari. Kemudian masyarakat memukul pentungan untuk mengusirnya. Bukan seperti itu kalau dalam agama Islam, itu malah menjurus pada kebiasan zaman dahulu,” terangnya.
Rafani menegaskan, gerhana matahari pun tidak ada kaitannya dengan kematian dan kehidupan umat. Gerhana matahari merupakan kekuasaan Allah SWT yang perlu disyukuri dan dikagumi.
Oleh karena itu, sesuai dengan perintah nabi, lanjut Rafani, saat terjadi gerhana matahari, umat Islam harus melaksanakan salat gerhana dan bersedekah.
“Banyak hikmah dari salat gerhana ini. Kita harus mengambil hikmah dari gerhana ini, bukan mengekspolitasi yang mengarah pada hal-hal negatif,” ucapnya.
Adapun hikmah dari salat gerhana matahari adalah mempererat tali silaturahmi, memperkuat solidaritas, meningkatkan keimanan, serta bisa memperdalam ilmu pengetahuan tentang gerhana.
“Kemudian dalam pelaksanaan salat gerhana juga diajurkan harus ada khotbah yang isinya adalah tentang gerhana dari sisi keilmuan. Maka dari itu, khotibnya juga harus yang benar-benar mengerti akan tentang matahari,” katanya.
Pihaknya pun berharap, pemerintah meluruskan esensi terkait gerhana matahari seperti yang belakangan ini.
“Jangan sampai esensinya salah di mata masyarakat,” tandasnya.