Merawat Ingatan 18 Tahun Munir Said Thalib Diracun di Udara
ditulis oleh: Imam Hermawan
Mahasiswa Universitas Kebangsaan Republik Indonesia
Munir Said Thalib adalah seorang aktivis Hak Asasi Manusia yang lahir di Malang 8 Desember 1965. Dia adalah salah satu pendiri Komisi LSM untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan. Munir dikenal sebagai pejuang HAM yang menyuarakan Hak Asasi Manusia
Munir Said Thalib meninggal dalam perjalanannya untuk belajar di Universitas Utrecht di Belanda. Munir terbang ke Belanda dengan penerbangan Garuda Indonesia GA-974. Pada November 2004, Institut Forensik Belanda (NFI) menyatakan bahwa Munir meninggal karena keracunan arsenik dalam dosis yang berlebihan.
Salah satu perjuangan yang akan selalu dikenang adalah Munir membela hak-hak korban penculikan di zaman Orde Baru. Penculikan aktivis dan Mahasiswa bukanlah hal yang mengejutkan di bawah rezim Orde Baru yang represif. Cara penculikan rezim Orde Baru sebagai taktik kotor terhadap kelompok anti Orde Baru. Misalnya, kasus penculikan di tahun 1977 sampai 1998, 24 orang menjadi korban peristiwa itu, dan sebanyak 13 orang dinyatakan hilang. Penculikan ini terjadi karena mahasiswa dan aktivis ingin Soeharto lengser dari kepemimpinannya selama 32 tahun. Munir bersikeras bahwa negara harus bertanggung jawab atas penculikan itu. Selain dari pengangkatan kasus penculikan di tahun 1997 sampai 1998 adapun sepak terjang yang pernah di tanggani oleh Munir yaitu pembunuhan Marsinah. Marsinah adalah seorang aktivis perempuan dan buruh pabrik pada masa Orde Baru, bekerja pada PT. Catur Putra Surya Porong, Sidoarjo, Jawa Timur. Marsinah dikenal oleh masyarakat luas sebagai orang yang bersuara vokal dengan menyuarakan hak-hak buruh, perlawanan Marsinah pun harus terhenti setelah ia diculik, diperkosa dan disiksa dan kemudian ditemukan terbunuh pada 8 Mei 1993, setelah menghilang selamaa tiga hari. Selain itu Munir juga menangani kasus di antaranya Tragedi Tanjung Priok, Tragedi Trisakti, kasus Semanggi, Kerusuhan Mei 1998, kasus Talangsari Lampung, Timor Leste, Papua, Aceh, Ambon dan Poso.
Munir adalah sosok pahlawan di benak saya, Munir adalah sosok pemberani yang tidak kenal rasa takut, berani berpihak kepada orang – orang yang tertindas berani menyuarakan kebenaran walaupun teror terus mengepung di kehidupannya, Munir selalu berpihak kepada rakyat kecil dan kaum buruh. Beliau menyampaikan aspirasi rakyat yang mendapatkan ketidakadilan. Munir meregang nyawa saat berjuang membela kebenaran berjuang agar tidak ada lagi kekerasan, untuk kelayakan buruh. Munir adalah pupuk dan kita adalah benih yang terus menerus tumbuh, Munir ada di dalam hati seseorang ketika melihat ketidakadilan hatinya geram, Munir akan terus hidup dan berlipat ganda.
Mereka berebut kuasa, mereka menentang senjata, mereka menembak rakyat, tapi kemudian bersembunyi di balik ketek kekuasaan. Apakah kita akan membiarkan para pengecut itu tetap gagah? Saya kira tidak, mereka gagal untuk gagah. – Munir Said Thalib ( 1965-2004)