Masuki musim hujan, Hulu Sungai Citarum Dihijaukan
Oleh: Redaksi
Jurnalbandung.com – Dalam memperingati hari pohon se dunia, wartawan Pokja Gedung Sate bekerja sama dengan Komunitas Pohon Indonesia (KPI) menggelar acara diskusi diskusi bertemakan ‘Pentingnya Pohon dalam Menjaga Kelestarian Lingkungan dan Kehidupan’, di Bandung, Kamis (21/11).
Acara tersebut juga dihadiri oleh perwakilan dari Pehutani Divisi Regional III Jawa Barat, Dinas perhutanan Jawa Barat, mahasiswa dan para komunitas lainnya.
Dalam kesempatan tersebut Administratur Kesatuan Pemangkuan Hutan Wilayah Bandung Selatan, Pehutani Divisi Regional III Jawa Barat, Tedy Sumarto, menerangkan tentang pentingnya menanam pohon.
Bahkan menurut Tedy, Dalam waktu dekat, sedikitnya 1,9 juta bibit pohon akan disebar ke berbagai lokasi seperti Pangalengan, Ciparay, Ciwidey, dan Banjaran.
Tedy mengatakan, memasuki musim hujan merupakan saat yang tepat untuk menanam pohon.
“Kalau menanam di musim kemarau, potensi matinya tinggi,” kata dia.
Tedy mengakui, di hulu Sungai Citarum masih terdapat lahan kritis yang hingga kini penghijauannya belum tuntas. Padahal, lahan yang pengelolaannya berada di Perhutani itu merupakan kawasan hutan lindung dengan jumlah total 43 ribu hektare.
Selain rusak karena dirambah, lahan kritis inipun tercipta karena alih fungsi menjadi perkebunan. “Sejak 2003, kita terus lakukan penghijauan kembali,” katanya seraya menyebut cara inipun tanpa menghilangkan aspek ekonomi bagi masyarakat sekitar.
Sebagai contoh, di Situ Cisanti yang merupakan salah satu hulu Sungai Citarum, penanaman akan dilakukan di atas lahan seluas 1.850 hektare. “Total di sana kawasan hutannya ada 6.000 hektare. Yang lainnya sudah bagus,” katanya.
Pada penanaman ini, pihaknya akan memperbanyak jenis pohon endemik Jawa Barat seperti rasamala dan ekaliptus. “Ada pinus, ada juga buah-buahan untuk mengakomodir perekonomian masyarakat,” katanya.
Lebih lanjut dia tegaskan, di kawasan hulu Sungai Citarum ini tidak ada lahan hutan produksi. Sehingga, pihaknya memastikan sudah tidak pernah menebang pohon.
“Ada rencana pengaturan kelestarian hutan. Di Jawa Barat hutan produksi adanya di Ciamis, Sumedang, Purwakarta, Sukabumi,” katanya.
Di tempat yang sama, Kepala Bagian Perencanaan Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat Aris Dwi Sugiantoro mengatakan, pihaknya 11,46 juta bibit pohon untuk disebar ke berbagai daerah. Jumlah ini akan lebih banyak karena Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pun menyiapkan 5,5 juta bibit pohon untuk ditanam di persemaian permanen.
“Di Bogor 1 juta, di Pelabuhan Ratu 1 juta, di Cimanggis Depok 1 juta, Jomin Purwakarta 1 juta, Garut 1 juta, di Kadipaten ada 500 ribu,” katanya. Dia mengakui saat ini di wilayahnya terdapat 714 ribu hektare lahan kritis.
“Kalau mampunya 10 ribu hektare per tahun, berarti 70 tahun baru selesai lahan kritis. Karena besarnya beban,” kata dia.
Oleh karena itu, pihaknya meminta peran serta masyarakat dalam penghijauan lahan kritis. “Kepedulian masyarakat harus tetap tinggi. Sehingga pemulihannya jauh lebih bagus,” katanya.
Ketua KPI, Dadi Ardiwinata, menilai, masyarakat kurang dilibatkan dalam pemulihan lahan kritis yang dilakukan pemerintah. Padahal, di Jawa Barat terdapat banyak aktivis fokus terhadap penghijauan.
“Keterlibatan masyarakat harus lebih besar lagi porsinya,” kata dia. Dadi juga mengimbau masyarakat agar membiasakan untuk menanam pohon.
“Setiap orang nanam pohon satu saja. Berarti ada berapa ratus juta pohon baru,” katanya.