Liput Penggusuran Tanah, Jurnalis Ini Diintimidasi Aparat Kepolisian
Oleh : Redaksi
Jurnalbandung.com – Cerita kekerasan terhadap wartawan terjadi lagi, kali ini kekerasan yang dilakukan oleh aparat kepolisian terhadap seorang wartawan kampus LPM Suaka UIN Bandung, Muhammad Iqbal.
Kekerasan tersebut terjadi ketika Iqbal tengah meliput aksi demontrasi penggusuran tanah Taman Sari di Balai Kota (Balkot) Bandung, Kamis (12/4). Unjuk rasa tersebut berujung kericuhan antara polisi dan massa aksi.
Sekitar pukul 13.25, massa aksi terlibat adu pukul dengan aparat yang menjaga. Mereka lalu merapatkan barisan. Pukul 13.33, Dimas salah seorang massa aksi diseret oleh aparat, disusul oleh Ehang.
Melihat rekannya dipukuli, massa aksi lain, Eva mencoba melindungi kedua rekannya. Iqbal yang tengah meliput, melihat aksi kekerasan tersebut. Saat akan mengabadikan tindak kekerasan, Iqbal ditahan dan didorong oleh salah satu aparat.
“Siapa lo *nj*ng! Keluar sana,” kata salah seorang polisi sambil mendorong Iqbal.
Meski mendapat perlakuan buruk, Iqbal tetap bertahan. Namun ia tetap dipaksa dan didorong untuk keluar gerbang Balkot. Saat itu Iqbal sudab mengaku sebagai wartawan sambil menunjukkan kartu pers.
“Saya sudah bilang dari pers, tapi tidak digubris dan diusir,” ucap Iqbal.
Iqbal pun memilih keluar dari gebang Balkot. Ia lalu mencari jalan lain agar bisa ke mobil Dalmas dan ingin mendokumentasikan perlakuan aparat kepada Dimas dan Ehang.
Iqbal lalu mendekati dan memotret mobil Dalmas yang di dalamnya terdapat Ehang dan Dimas. Menurut keterangan Dimas, sebelum masuk ke mobil Dalmas, ia sempat dipukil dan ditendang.
“Saya lalu memotret dari jauh. Hampir delapan jepretan. Setelah itu seorang polisi melihat saya. Polisi itu menarik dan meminta identitas saya,” ucapnya sambil menyebut menunjukkan kartu pers kepada polisi tersebut
Setelah kartu pers ditunjukkan, Iqbal malah ditarik ke dekat mobil Dalmas. Ia diinterogasi oleh beberapa polisi dan memaksa mengambil kamera milik Iqbal.
Iqbal menolak untuk memberikan kamera dan mengaku jika gambar yang diambilnya merupakan hak pers untuk mengetahui apa yang terjadi. Polisi menganggap Iqbal tak kooperatif. Ia lalu dimasukan ke dalam mobil dalmas.
“Saya terus ditekan dan memaksa poto yang saya ambil untuk dihapus. Polisi lalu menggeledah tas saya. Polisi yang menyebut dirinya intel bilang bahwa saya sudah melanggar etik,” ujarnya.
Seorang anggota intel lainnya juga memaksa poto untuk dihapus. Intek itu menyebut penghapusan foto demi kebaikan Iqbal.
“Saya lalu menagih kartu pers yang dibawa salah seorang polisi. Tapi polisi itu memberi syarat, kartu pers balik tapi foto dihalus,” ujarnya.
Iqbal menolak untuk menghapus foto. Namun karena terus ditekan, foto yang Iqbal ambil terpaksa dihapus. Saat foto dihapus pun, polisi terus memperhatikan foto-foto yang ada di kamera.