Lestarikan Bahasa Sunda, Jabar Akan Ubah Pola Pengajaran di Sekolah

Oleh: Redaksi

Jurnalbandung.com – Bahasa ibu atau bahasa daerah kini makin tergerus perkembangan zaman.

Era globalisasi memupus keinginan generasi untuk semakin mencintai kearifan lokal bahasa dalam bertutur kata. Perlu cara berbeda untuk belajar bahasa dalam dunia pendidikan di Indonesia.

Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengungkapkan, harus ada perubahan orientasi cara belajar bahasa dari hanya sekadar penguasaan tata bahasa menjadi pelestarian bahasa agar tidak lekang dimakan zaman.

“Bahasa akan terus kita ajarkan ya. Mungkin akan kita ubah orientasinya, yang asalnya orientasi tata bahasa, orientasinya ujian, untuk mendapatkan nilai. Maka ke depan orientasinya kita ubah, orientasinya adalah terpeliharanya bahasa, bukan ujian, bukan nilai,” paparnya dalam acara peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional di Aula Yayasan Pusat Kebudayaan (YPK), Jalan Naripan, Kota Bandung, akhir pekan kemarin.

“Oleh karena itu, nanti kalau orietasinya adalah terpeliharanya bahasa, maka yang dipentingkan adalah pengucapan, penuturan. Dituturkan saja bahasa maka akan terpelihara secara otomatis,” tambahnya.

Dalam acara peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional  bertajuk “Mieling Poe Basa Indung sareng Kang Aher” ini, Aher, sapaan akrab Gubernur, yang didampingi istri Netty Prasetiyani Heryawan sempat didaulat membacakan carponn.

Carponn atau carita pondok naker, yaitu cerita pendek bahasa Sunda yang disajikan dalam satu atau dua kalimat tamat yang memiliki nilai moral atau humor.

Pada kesempatan ini, Aher membacakan carponn berjudul “Kagegel Oray” (Digigit Ular), sementara Netty membacakan carponn berjudul “Doger Monyet”.

Menurut Aher, baca carponn ini bisa dijadikan cara belajar bahasa (bahasa Sunda) dalam bentuk pengucapan secara langsung.

Dalam kesempatan itu,Aher juga menyambut baik acara “Mieling Poe Basa Indung sareng Kang Aher”. Acara ini menurutnya salah satu upaya dalam melestarikan bahasa Sunda sebagai salah satu bahasa Ibu yang ada di Tanah Air. Setiap bahasa di dunia, lanjut Aher, memiliki keindahan tata bahasa masing-masing yang harus dipelihara.

“Sebab keindahan bahasa itu spesial. Artinya keindahan bahasa yang ada pada bahasa Sunda berbeda dengan bahasa lainnya, juga sebaliknya. Karena spesial, spesifik, maka tidak ada kata lain kecuali kita harus ngamumule (memelihara) dengan baik supaya tidak punah,” tuturnya.

Tinggalkan Balasan