Layani Pasien Hemodialisis, BPJS Gandeng Klinik Hemolife

Oleh : Redaksi

Jurnalbandung.com – Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan menggandeng klinik Hemolife untuk melayani pasien hemodialisis (penderita gagal ginjal memerlukan cuci darah).

 

Kepala BPJS Kesehatan Cabang Bandung M. Cucu Zakaria mengatakan, mulai 1 Agustus ini penderita hemodialisis yang mendapatkan layanan JKN bisa berobat di klinik tersebut.

 

Pelayanan yang diberikan pun dipastikan sama dengan pasien jalur mandiri. “Mekanismenya juga sama,” katanya.

 

Cucu menuturkan, kerjasama terkait pelayanan hemodialisis ini merupakan yang kedua di wilayah Bandung Raya. Perluasan layanan ini sangat diperlukan mengingat jumlah penderita hemodialisis yang jumlahnya terus bertambah.

 

Berdasarkan informasi yang diperolehnya, jumlah warga yang harus rutin melakukan cuci darah terus meningkat hingga 18 ribu setiap tahunnya. Terlebih, banyak penderita hemodialisis yang berasal dari kalangan kurang mampu.

 

“Cuci darah kalau enggak dibiayai BPJS, saya pernah dapat informasi sekitar Rp800 ribu sampai Rp1,5 juta sekali cuci darah. Tergantung rumah sakitnya,” kata dia.

 

Meski dipastikan akan menyedot biaya yang besar, dia memastikan hal ini bukan persoalan bagi BPJS Kesehatan. “Tujuan kita agar semakin banyak pelayanan kesehatan yang bisa diberikan,” katanya.

 

Di tempat yang sama, Direktur Utama Hemolife Klinik Hemodialisa Suriyanto merasa bersyukur bisa bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Melalui kerjasama ini dia berharap akan semakin banyak penderita hemodialisis yang bisa terlayani.

 

Saat ini, pihaknya memiliki lima mesin pencuci darah yang siap digunakan setiap hari. Dengan jumlah tersebut, dalam setiap pekan diprediksi mampu melayani hingga 15 pasien.

 

“Itu kalau satu shift. Kita siap melayani dua shift, sesuai permintaan, jadi sekitar 30 pasien per minggu,” katanya.

 

Untuk penderita yang ingin berobat, pihaknya menerapkan mekanisme yang sama yakni harus memiliki rujukan. “Kita mengikuti prosedur yang ditetapkan JKN. Pasien harus mendapat rujukan. Kecuali yang mendadak, emergensi, bisa tanpa rujukan,” katanya.

 

Lebih lanjut, pihaknya tidak khawatir adanya persoalan dalam pembayaran dari BPJS Kesehatan. Meski setiap tahunnya selalu defisit, Suriyanto menilai positif kinerja penyelenggara JKN tersebut.

 

“Peran BPJS sangat luar biasa dalam berkontribusi untuk kesehatan masyarakat. Kalau ada keterlambatan, saya rasa wajar,” katanya seraya menyebut saat ini BPJS Kesehatan telah bekerjasama dengan perbankan untuk memperlancar pembayaran ke rumah sakit.

Tinggalkan Balasan