Komunitas Petani dan Pengrajin Kopi Jawa Barat Berkumpul di Gunung Puntang

Oleh: Redaksi

Foto Redaksi
Foto Redaksi

Jurnal Bandung – Para komunitas atau kelompok kopi yang terdiri dari para petani dan pengrajin kopi asal Jawa Barat, khususnya penggiat Java Preanger Coffee berkumpul dalam acara Sarasehan Urang Gunung di Vila Puntang Djaya Bandung Resort, Desa Cempaka Mulya, Cimaung, Kabupaten Bandung, Senin (17/10).

Acara ini digelar dalam rangka silaturahmi serta diskusi antarkomunitas kopi di Jabar, seperti dari Kabupaten Garut, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Cianjur.

Pengrajin Kopi Java Preanger sekaligus Ketua Panitia Sarasehan Urang Gunung Ayi Sutedja mengharapkan, kopi bisa menjadi industri pertanian besar dan memiliki nilai ekonomi tinggi.

“Acara ini dimaksudkan agar bisa menjadikan pertanian kopi ini suatu yang sangat besar dan memiliki nilai ekonomi yang bisa dimanfaatkan para petani,” ungkap Ayi.

Ayi mengaku, acara sarasehan ini merupakan pertama kali digelar bagi para petani dan pengrajin kopi di Jabar, sehingga dia berharap pula acara ini bisa menghasilkan out put atau masukan bagi pengembangan industri kopi dengan melibatkan langsung para petani dan pengrajin.

“Permasalahan saat ini yang kita hadapi adalah pada proses produksinya, kopi di situlah intinya. 80% ada pada proses produksinya,” ungkap Ayi.

Dalam proses produksi, lanjut Ayi, para petani saat ini hanya bisa menghasilkan buah kopi dalam bentuk gelondongan. Oleh karenanya, Ayi ingin ada dorongan agar para petani bisa menghasilkan, minimal hingga proses pembentukan gabahnya.

“Lebih baik lagi petani sudah bisa menghasilkan green bean. Nah itu jadi bisa mendapatkan nilai jual bagi petani,” jelasnya.

Hal ini pun mendapat dukungan dari Gubernur Jabar Ahmad Heryawan. Pria yang akrab disapa Aher itu mengungkapkan, pihaknya akan terus mendorong produksi kopi di Jabar, khususnya produk Java Preanger bisa terus mendunia karena menurutnya, kopi tersebut memang memiliki kualitas dunia.

“Alhamdulillah waktu di Atlanta, Kopi Preanger poduksi dari Gunung Puntang ini berhasil meraih predikat nomor satu di dunia. Jadi kita ingin lebih dikenal dan kita juga akan terus memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk menanam kopi,” ungkap Aher di sela-sela acara sarasehan.

“Kita juga terus mendorong supaya para petani kopi dengan banyaknya produksi dan harga produksinya semakin baik, harganya semakin baik, maka para petani pun akan lebih sejahtera. Bahkan, kesejahteraan para petani adalah yang utama ketika kopi Java Preanger dikenal oleh masyarakat dunia sebagai kopi yang terbaik,” tambahnya.

Aher melanjutkan, Jabar hingga kini telah memiliki lahan kopi hingga 36.000 hektare dengan potensi lahan hingga 200.000 hektare. Selain itu, Jabar juga memiliki lahan indikasi geografis untuk lahan kopi hingga sembilan lahan indikasi, enam di antaranya berada di Bandung, dua di Garut, dan satu di Sumedang.

Untuk mendukung pengembangan industri kopi Jabar, lanjut Aher, setiap tahunnya Pemprov Jabar pun membagikan jutaan bibit pohon kopi kepada masyarakat dan petani kopi. Rencananya, tahun depan, Pemprov Jabar akan kembali membagikan bibit pohon kopi hingga 5 juta bibit pohon kopi unggul dan bersertifikat.

Pada acara sarasehan ini, dilakukan pula pencanangan pemberian permodalan atau kredit serta bantuan pembinaan sektor jasa keuangan, yaitu dari Bank BNI dan BJB bagi para petani dan pengrajin kopi di Jabar.

BNI memberikan bantuan CSR berupa Program Kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) untuk pengolahan limbah dan green house kepada Ayi Sutedja sebesar Rp50 juta serta program Kredit Usaha Rakyat (KUR) secara simbolis kepada lima orang masing-masing Rp25 juta.

Sementara Bank BJB memberikan program Kredit Cinta Rakyat (KCR) secara simbolis kepada lima orang dengan plafon masing-masing Rp5 juta. Program bantuan ini pun disambut baik dan mendapat apresiasi dari Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mulyaman Hadad yang juga hadir pada sarasehan ini.

Mulyaman mengatakan, hal tersebut seiring dengan upaya OJK yang terus mendorong dunia perbankan di Indonesia agar bisa mempermudah pemberian kreditnya.

“Ini bisa membuka akses keuangan yang lebih besar, sehingga inklusi keuangan yang sekarang didorong oleh pemerintah itu bisa menjadi bagian dari ini. Yang penting adalah sudah terintegrasinya prosesnya, mulai dari kepastian produknya, sertifikasi bibitnya, pembinaan mentalitas kepada para petani kemudian produknya ada yang beli. Nah, kalau sudah seperti itu semuanya kan lancar,” jelas Mulyaman.

OJK pun, lanjut Mulyaman, saat ini tengah mendorong suistanable finance, terutama terkait pemberian kredit yang tidak hanya bussiness oriented namun juga berorientasi pada lingkungan. Menurut Mulyaman, dunia saat ini tengah fokus pada permintaan produk-produk ramah lingkungan.

“Kita mengedepankan jangan hanya bussiness oriented, terutama pada produk-produk seperti ini (kopi). Makanya kita juga dorong lembaga keuangan untuk masuk juga dan memahami prospek yang ada di suistanable finance atau green financing ini,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan