Kepergian Wawan Ridwan Meninggalkan Kenangan Manis
Oleh: Redaksi
Jurnal Bandung – Innalillahi wainnaa illaihi roojiuun. Telah berpulang ke rahmatullah Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jawa Barat Wawan Ridwan, Sabtu (21/3) pukul 06.45 WIB, di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung.
Almarhum meninggal di usianya yang ke-59 dalam perawatan pihak RSHS Bandung. Selasa (10/3) lalu, almarhum dilarikan ke RSHS Bandung atas penyakit yang dideritanya. Almarhum meninggalkan seorang isteri Eti Nurbayati dan ketiga orang anaknya.
Duka mendalam pun dirasakan atasan almarhum Gubernur Jabar Ahmad Heryawan. Raut kesedihan nampak jelas di wajah Gubernur yang akrab disapa Aher itu usai menyolatkan almarhum.
Di tengah kesedihan, Aher mengungkapkan jika almarhum sebagai sosok pekerja keras dengan pribadi yang selalu rendah hati dan bersahaja.
“Sepanjang hidupnya, yang saya kenal belum pernah mengatakan sakit. Hari Jumat masih rapat, Sabtu masih olahraga, Minggu masih mengantar cucu ke Bandung Utara. Hari Senin diberi disposisi untuk mewakili saya pada suatu kegiatan dan katanya sakit. Baru kali itu saya mendengar Pak Sekda sakit,” ungkap Aher dalam keterangan resmi yang diterima Jurnal Bandung, Sabtu (21/3).
Almarhum pun meninggalkan kesan yang baik pada semua orang. Bahkan, Aher mengatakan, dirinya belum pernah mendengar satu orang pun yang memberikan penilaian buruk terhadap almarhum.
“Pak Wawan Ridwan adalah orang baik,” ucapnya.
Aher pun mengaku sangat kehilangan sosok dan pribadi almarhum. Tak lupa, Aher pun menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya seraya mendoakan almarhum agar ditempatkan di tempat terbaik di sisi Allah SWT.
“Dan semoga keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran dan tawakal,” imbuhnya.
Kenangan manis sepeninggal almarhum pun diungkapkan Wakil Gubernur Jabar Deddy Mizwar.
Baginya, almarhum adalah sahabat yang menyenangkan. Selain cerdas dan professional, almarhum pun, kata Deddy, kerap menyelesaikan berbagai persoalan dengan gayanya yang santai.
“Sebagai seorang sahabat sangat menyenangkan. Bahkan saya sering ke ruangan beliau. Kemudian berbagai masalah bisa kita pecahkan dengan ngobrol-ngobrol dengan OPD (Organisasi Perangkat Daerah) terkait dengan asisten daerah. Cerdas kemudian tekun dan professional,” tutur Deddy.
Kenangan terakhir Deddy dan almarhum adalah saat keduanya makan tengkleng dan sate, dua hari sebelum almarhum dirawat di RSHS Bandung. Saat itu, keduanya pun sempat membicarakan persoalan kesehatan.
“Saya bilang, kalau saya makan sate, nasinya sedikit. Tapi beliau bilang, kalau saya (almarhum) makan sama tengkleng, makan nasi mesti banyak. Kalau saya hanya setengah kan kebanyakan gula. Makanya, Pak sekda kan gulanya tinggi 400 lebih. Tapi ya ini sudah takdir, jalannya sudah begini,” ungkap Deddy mengenang seraya menambahkan jika kepergian almarhum meninggalkan kesan yang baik pada banyak orang.
Usai disholatkan di Masjid Daarul Muttaqqin, almarhum kemudian dimakamkan di pemakaman umum (TPU) Cikutra Bandung.