Jajang Saepudin, Penyelaras Waditra yang Tetap Mempertahankan Teknik Buhun
Oleh:Ridwan Alamsyah
Jurnal Bandung – Di sebuah rumah di bilangan Margacinta, Kota Bandung, terdapat tempat pembuatan instrumen musik tradisional Sunda atau dikenal dengan Waditra.
Di rumah itu pula tinggal seorang seniman yang juga berprofesi sebagai penyelaras bunyi Waditra. Karena keahliannya dalam men-setting bunyi Waditra, seniman ini sering dikunjungi pengrajin Waditra dari berbagai daerah di Jawa Barat.
Jajang Saepudin, 38. Itulah nama seniman yang pandai menyelaraskan bunyi Waditra tersebut. Terlahir dari keluarga pecinta seni Sunda, Jajang sudah sangat terbiasa dengan bunyi-bunyian berbagai alat musik tradisional Sunda.
Hanya dengan mendengarkan bunyi yang dihasilkan sebuah Waditra, Jajang bisa memastikan apakah bunyi Waditra tersebut sudah tepat atau tidak.
Kepandaian Jajang dalam menyelaraskan bunyi Waditra memang tidak diperolehnya dengan mudah, apalagi bunyi yang diselaraskannya berasal dari alat musik berbahan besi yang sudah dibentuk.
“Banyak sekali kang yang datang, kalau langganan biasa datang dari Cirebon, kemudian Tasikmalaya, dan banyak daerah lain,” ungkap Jajang kepada Jurnal Bandung di kediamannya, Kamis (4/6).
Dalam kesempatan itu, Jajang pun membagi ilmunya kepada Jurnal Bandung. Menurut dia, teknik menyelaraskan Waditra bisa diawali dengan bantuan suling (seruling).
Jajang pun kemudian memilih bermacam-macam suling sesuai ukuran panjangnya, ada yang 52 cm, 54 cm, 56 cm, dan 57 cm. Bunyi nada yang dikeluaran suling langsung diselaraskan dengan bunyi yang keluar dari Waditra seperti Bonang, Saron, maupun Gong.
“Proses penyelarasan dilakukan dengan cara memukul alat musik yang ingin di-setting dengan palu besar di beberapa bagian. Contohnya, ketika akan menyelaraskan Bonang, ketika suling mengeluarkan nada “da” (la-mi-na-ti-na-da), bersamaan Bonang juga dipukul. Jika nada Bonang terlalu pelan maka dipukul bagian bawahnya di titik-titik tertentu sampai sama suaranya. Begitu pula sebaliknya, bila suara Bonang terlalu tinggi, maka bagian atas Bonang lah yang dipukul di beberapa titik sampai suaranya sama atau selaras,” paparnya.
Menurut Jajang lagi, proses penyelarasan ini merupakan salah satu teknik buhun (kuno). Dengan kemajuan jaman dan teknologi, kata Jajang, proses penyelarasan bunyi Waditra pun kini bisa dilakukan dengan bantuan garputala maupun gitar.
“Namun tetap saja yang paling pas mencari nada untuk Waditra itu memakai suling,” ucapnya.