Jaga Komitmen Pelestarian Lingkungan, Ratusan Kader Eco Village Ikuti Jambore di Kiarapayung
Oleh: Redaksi
Jurnalbandung.com – Sebanyak 540 kader eco village mengikuti program Initial Planting Green Partner dalam Jambore Eco Village 2016 di Taman Keanekaragaman Hayati (Kehati) Kiarapayung, Desa Sindangsari, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Sumedang, Rabu (16/11).
Jambore ini merupakan lanjutan dari program eco village setelah selesainya fasilitasi dari pemerintah. Melalui program ini, eksistensi eco village dalam menjaga dan melestarikan lingkungan, terutama Sungai Citarum diharapkan bisa terus dilanjutkan oleh para kadernya.
“Jambore ini bisa menjadi momentum untuk menyegarkan kembali komitmen kita untuk menjaga alam. Siapa tau ini menjadi kunci kita untuk masuk surga,” ungkap Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar di hadapan para peserta jambore.
“Saya kira saudara-saudara semua menjadi inspirator bagi daerah lainnya untuk mulai menjaga alam, membenahi hal nonstruktural, vegetasi penanaman pohon. Kemudian budaya mengubah ke arah yang lebih baik lagi tentang semestinya kita memperlakukan alam. Jadi bisa membawa keberkahan, bukan bencana bagi yang hidup,” lanjutnya.
Jambore ini digelar 16-17 November 2016 dengan melibatkan para kader eco village dari 190 desa eco village yang tergabung dalam Jangkar atau Jaringan Kerja Eco Village.
Selain jambore, Pemprov Jabar melalui Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jabar bekerja sama dengan Pertamina juga melakukan gerakan penanaman pohon di Taman Kehati Kiarapayung.
Penanaman pohon (initial planting) bertajuk “Green Partner” ini sebagai bentuk pelestarian Taman Kehati Kiarapayung, Kabupaten Sumedang. Sebanyak 1.300 pohon ditanam dalam kegiatan tersebut.
Kegiatan tersebut diharapkan bisa menjadi upaya konservasi, peningkatan lahan hijau di Jabar, serta bisa mencegah bencana yang lebih besar lagi.
“Ini langkah yang luar biasa, bagaimana kita menjaga keanekaragaman hayati di Sumedang yang dibantu oleh Pertamina. Dan agaknya bukan hanya Pertamina saja yang harus berbuat ini, tapi harus banyak dan diikuti BUMN lain,” tutur Deddy.
“Ini tak hanya soal lingkungan hidup, tapi juga bisa jadi konservasi karena dari data yang ada, kawasan hijau yang baru tercapai antara 37% sampai 38% saja dari target 45%. Apalagi, kita tahu Jawa Barat banyak sekali tertimpa bencana,” tambahnya.
Masih di tempat yang sama, General Manager Marketing Operation Region (GM MOR) III Pertamina Jumali mengatakan, initial planting ini bukan kerja sama kali pertama bagi Pertamina dan BPLHD yang telah melakukan kerja sama sejak 2012 lalu.
Jumali juga menjelaskan, kerja sama kali ini berbeda karena melibatkan TBBM Bandung Grup yang meliputi para pengusaha SPBU di wilayah kerja Bandung Raya hingga Sukabumi dan Garut untuk berpartisipasi.
“Bentuk kerja samanya yakni setiap bapak/ibu membeli BBM, khususnya produk Pertamax. Pengusaha akan menyisihkan sebagian keuntungannya untuk dibelikan pohon yang dibantu dan dikoordinir oleh BPLHD Jawa Barat,” tutur Jumali.
Kerja sama yang rencananya akan bergulir hingga tahun 2018 ini merupakan rintisan atau pertama di Indonesia. Untuk itu, Jumali berharap, program ini akan terus berlanjut dengan dukungan dari Pemprov Jabar dan diikuti oleh pihak lainnya, sehingga akan memberikan manfaat bukan hanya kepada Pertamina dan pemerintah daerah tapi juga untuk masyarakat dan lingkungan.
Sementara itu, Kepala BPLHD Jabar Anang Sudarna mengungkapkan, Jabar memiliki 13 Taman Kehati, lima di antaranya dikelola oleh Pemprov Jabar dan pemerintah kabupaten/kota serta tujuh oleh pihak swasta dan satu dalam proses penetapan.
Sementara kabupaten/kota di Jabar yang telah memiliki Taman Kehati, yaitu Kabupaten Sumedang, Kabupaten Kuningan, Kabupaten Karawang, Kabupaten Tasikmalaya, dan Kota Depok. Pembangunan Taman Kehati Kiarapayung sendiri sudah dimulai sejak 2010 lalu dengan penanaman 89 jenis tanaman endemik.
“Pembangunan Taman Kehati ini untuk melestarikan keanekaragaman hayati jenis-jenis endemik atau lokal yang sudah langka di wilayah Provinsi Jawa Barat,” kata Anang dalam sambutannya.
Hal tersebut dilakukan dalam rangka menopang kehidupan masyarakat yang berkelanjutan dengan tujuan untuk membangun dan mengembangkan keanekaragaman hayati sebagai kawasan konservasi eksitu (di luar kawasan hutan asli); menyelamatkan berbagai jenis tumbuhan lokal dari ancaman kepunahan; mengoreksi contoh hidup jenis-jenis tumbuhan lokal; mengembangkan sarana pendidikan, penelitian, dan pengenalan praktek jenis tumbuhan lokal bagi masyarakat dan peserta didik; pengendalian jenis tumbuhan lokal; penyediaan bibit jenis-jenis tumbuhan lokal; mengembangkan sarana rekreasi alam atau ekowisata; dan meningkatkan luas ruang terbuka hijau atau RTH.