Jadi PTN Era Aher, Unsika Sekarang Jadi Kampus Terbesar di Pantura
Oleh : Redaksi
Jurnalbandung.xom – Universitas Singaperbangsa Karawang (Unsika) menjadi salah satu universitas negeri terbesar di daerah Pantura. Kemajuan kampus tersebut tidak lepas dari peran pemerintah provinsi Jabar.
Selama empat tahun terakhir, Unsika berupaya mewujudkan mimpinya membangun kawasan kampus baru dengan fasilitas lengkap dan memadai di atas lahan seluas 30 hektar.
Upaya pembangunan kampus baru Unsika, diawali dengan pembangunan jembatan dan masjid. Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher), yang juga penggagas penegerian Unsika meresmikan jembatan yang menelan biaya hingga Rp 10 Miliar dari APBD Provinsi Jawa Barat.
Selain itu, Aher juga melakukan peletakan batu pertama pebangunan masjid Unsika di lahan kawasan kampus baru Unsika di Jl. Lingkar Karawang Timur Kabupaten Karawang, Selasa (27/2).
Masjid Unsika akan dibangun di atas lahan lima hektar, melebihi luas lahan dimana kampus Unsika saat ini berdiri. Aher pun mengapresiasi upaya Unsika ini. Dari tiga kampus yang diajukan untuk berubah status menjadi kampus negeri, yaitu Universitas Siliwangi (Unsil) Tasikmalaya dan Universitas Swadaya Gunung Jati (Unswagati) Cirebon, Unsika adalah kampus pertama yang berhasil dinegerikan pada 2014.
“Kampus ini akan menjadi lokomotif kemajuan pendidikan dan menjadi pengampu perguruan tinggi swasta di sekitarnya,” harap Aher dalam sambutannya.
Pemprov Jawa Barat sangat mendukung pembangunan kawasan kampus baru Unsika ini.
“Saya akan catat untuk diperencanaan di 2019 Rp 20 Miliar untuk Unsika. Untuk masa depan katanya jangan ada keraguan,” tutur Aher.
Dengan pembangunan kawasan kampus baru, universitas yang saat ini mendidik 13 ribu mahasiswa ini akan menjadi kekuatan ilmiah baru yang akan merancang masa depan kawasan Karawang dan sekitarnya.
“Kita punya harapan ke depan di Jawa Barat kampus-kampus negerinya nambah. Daya tampungnya nambah. Pada saat yang bersamaan kemudian, kampus negerinya itu kita berharap punya tugas yang lain, yaitu mengampu kampus-kampus swasta, sehingga ke depan kampus swasta kualitasnya sama,” harap Aher.
Aher ingin meskipun Unsika hanya memiliki lahan 30 hektar, tapi memiliki fungsi efektif dan minimalis. Karena dengan luas lahan ini, gedung-gedung atau fasilitas kampus lain tidak dibangun secara berjauhan, sehingga akan membangun keakraban diantara para penghuni atau civitas akademika.
“Saya kira 30 hektar sangat memadai. Kampus Unsika ini harus bisa berfungsi sama dengan kampus yang punya luas lahannya lebih besar ketika berfungsi secara efektif dan minimalis, tetapi tidak sedikit pun kurang dalam melayani mahasiswa yang menjadi penghuni utama kampus ini,” ungkap Aher.
Menanggapi pembangunan masjid Al Hadi, usulan nama masjid Unsika dari Aher, dia menuturkan bahwa masjid merupakan bagian penting dari sebuah kawasan kampus. Menurutnya, harus ada keseimbangan antara kempuan soft skill dan hard skill para penghuni kampus.
“Kita ingin membangun mahasiswa tidak hanya knowledge atau penguasaan Ipteknya, tapi pada saat yang sama juga nuraninya, kejiwaannya. Kita ingin ada hard skill dan soft skill sekalian. Nah, kelemahan kita kali ini sering kali kampus hanya menitikberatkan pada hard skill, transfer knowledge dan keterampilan, kemahiran dalam ilmu-ilmu tertentu,” papar Aher.
“Oleh karena itu, kita harus membangun mahasiswa dengan pembangunan yang utuh, lahir bathin, jasmani rohani, dunia akhirat, hard skill dan soft skill dibangun secara bersamaan. Masjid punya fungsi untuk menghadirkan pembangunan soft skill; ketaqwaan, ketaatan, penghambaan kepada Allah SWT. Dengan demikian kita bisa menghadirkan manusia yang utuh, manusia yang masagi,” lanjutnya.
Unsika berdiri sejak tahun 1965. Ketika itu namanya Sekolah Tinggi Hukum Pangkal Perjuangan. Pada tahun 1982 berkembang menjadi sebuah universitas. Dan pada 2 Februari 2014 Unsika berubah statusnya menjadi perguruan tinggi negeri (PTN). Saat ini, Unsika mempunyai sembilan fakultas dengan 26 program studi, serta tiga program studi pascasarjana.