Jabar Jadi Sarangnya Penjahat Seksual

Oleh: Yuga Khalifatusalam

Foto net
Foto net

Jurnal Bandung – Selain sebagai provinsi dengan jumlah penduduk terpadat di Indonesia, Jawa Barat pun sepertinya cocok mendapat julukan sarangnya penjahat seksual, seiring banyaknya kasus kekerasan seksual di provinsi berpenduduk sekitar 45 juta jiwa ini.

Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Jabar Netty Prasetiyani mengungkapkan, kasus kekerasan seksual kerap terjadi di wilayah Bandung Raya yang meliputi Kota Bandung, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat.

“Itu paling tinggi (jumlah kasusnya) di daerah-daerah itu,” kata Netty di Bandung, Selasa (18/8).

Namun, untuk mendapatkan angka terperincinya, harus dikonfirmasi ke berbagai pihak terkait. Yang jelas, kata Netty, berdasarkan catatan P2TP2A, tiga daerah itu menjadi ‘juara’ dalam kasus kekerasan seksual.

Netty juga tidak menampik kalau di daerah lainnya di Jabar, angka kasus kekerasan seksualnya juga tinggi. Banyaknya kasus kekerasan seksual dari daerah Bandung Raya yang dilaporkan ke P2TP2A Jabar disinyalir karena kantor P2TP2A yang memang berada di Kota Bandung.

“Yang lain juga banyak (tapi banyak yang tidak dilaporkan ke P2TP2A Jawa Barat). Cuma terkait laporan, itu karena jarak mereka lebih dekat lapor ke kita. Tapi kalau misalnya P2TP2A Jawa Barat ada di Ciamis, mungkin banyak juga dari Ciamis yang lapor ke kita,” jelas Netty.

Menurut Netty, Kasus kekerasan tersebut umumnya terjadi karena adanya ketimpangan relasi kuasa. Sehingga orang yang dianggap lebih berkuasa melakukan kekerasan terhadap anak dan perempuan. Misalnya orang tua terhadap anak, guru terhadap siswa, suami terhadap istri, serta bos terhadap anak buahnya.

“Kalau (ketimpangan relasi kuasa) itu terjadi, berikutnya akan terjadi kejahatan tersembunyi. Anak misalnya, dia tidak akan berani (mengungkap), apalagi kalau diancam,” ucapnya.

Dia mencontohkan, ada salah satu kasus pelecehan seksual yang dilakukan oleh guru terhadap siswinya, sejak kelas 3 SMP hingga kelas 3 SMA. Anak tersebut tak berani mengungkap atau melaporkannya pada orang tua maupun kepolisian.

Itu jadi satu contoh bahwa kejahatan dan kekerasan seksual yang tersembunyi benar-benar harus diperangi. Dia pun mengajak masyarakat semakin sadar untuk menghindarinya.

“Ini yang ingin saya sosialisasikan, hiden crime itu mengerikan,” tegas Netty.

Tinggalkan Balasan