Ini Dia Bukti Komitmen Pemprov Jabar Terhadap Lingkungan
Oleh: Yuga Khalifatusalam
Jurnal Bandung – Komitmen Pemprov Jabar dalam menjaga lingkungan bukan hanya isapan jempol belaka.
Terbukti, anak perusahaan PT Jasa Sarana yang bergerak dalam bidang pengolahan limbah medis, PT Jasa Medivest berupaya meningkatkan kualitas pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).
PT Jasa Medivest membangun incinerator ke-2 untuk memusnahkan limbah medis dari rumah sakit dan klinik-klinik yang menelan investasi hingga Rp50 miliar. Proyek tersebut ditargetkan selesai Mei 2016 mendatang.
Gubernur Jabar Ahmad Heryawan mengatakan, penanganan limbah B3 ini sangat penting karena berdampak terhadap kondisi lingkungan dan kesehatan masyarakat.
“Sungai Citarum rusak gara-gara limbah. Penyebab masyarakat Indonesia sakit, 40%-nya gara-gara limbah,” katanya seusai peletakan batu pertama pembangunan incinerator ke-2 di Kabupaten Karawang, Selasa (25/8).
Dengan hadirnya incinerator ke-2 PT Jasa Medivest ini, pria yang akrab disapa Aher ini berharap, penanganan limbah medis di Jabar akan semakin baik.
“Karena penanganan limbah medis tidaklah segampang menangani limbah rumah tangga,” imbuhnya.
Dalam kesempatan tersebut, dia optimistis, Jabar akan menjadi provinsi pertama yang berhasil melakukan pengolahan limbah B3 dengan baik. Terlebih, Jabar pun akan membangun pengolahan limbah lainnya di Nambo, Kabupaten Bogor dan Legok Nangka, Kabupaten Bandung.
“Di kita belum ada provinsi atau kota yang bisa memberesken persoalan sampah secara modern,” ungkapnya.
Lebih lanjut Aher mengimbau seluruh pemerintah kabupaten/kota di Jabar juga melakukan pengolahan limbah dengan baik seiring pemberlakuan peraturan daerah Provinsi Jabar terkait penanganan limbah B3.
Aher pun memuji Kabupaten Karawang karena 90% limbah medisnya telah dikelola dengan baik, dalam hal ini diolah di incinerator PT Jasa Medivest.
“Karawang jadi contoh kota yang mengelola sampah B3 dengan baik,” ucapnya.
Presiden Direktur PT Jasa Medivest Subagio mengatakan, dibangunnya incinerator ke-2 ini menyusul terus bertambahnya permintaan akan pengelolaan limbah.
Incinterator pertama yang memiliki kapasitas 15 ton limbah per hari sudah tidak mencukupi lagi. Selain dari Jabar, limbah medis yang dikelolanya ini pun berasal dari provinsi lain seperti DKI Jakarta, Jawa Tengah, hingga Sumatera, Sulawesi, dan Kalimantan.
“Incinerator pertama baru bisa meng-cover 50% limbah rumah sakit dan klinik di Jabar,” sebutnya.
Berbeda dengan yang pertama, teknologi yang digunakan seluruhnya merupakan hasil karya anak bangsa yakni pakar-pakar dari Institut Teknologi Bandung (ITB).
“Kalau yang pertama dari Australia,” katanya.
Sementara itu, Direktur Utama PT Jasa Sarana Soko Sandi mengatakan, selain untuk menangani persoalan limbah, incinerator ini menjanjikan keuntungan bisnis.
Oleh karena itu, pihaknya telah merencanakan perluasan usaha dengan membangun incinerator di tempat lain. Akhir tahun ini, pihaknya akan merencakan pembangunan incinerator di Sidoarjo, Jawa Timur.
“Tuntutan kebutuhan pasar di Jatim sangat besar. Di sana tidak hanya limbah medis, tapi juga limbah industri,” katanya.
Wakil Ketua Komisi III DPRD Jabar Siti Aisyah menyambut baik hadirnya incinerator ke-2 milik PT Jasa Medivest ini. Siti menegaskan, kehadiran incinerator tersebut merupakan komitmen Pemprov Jabar terhadap pengelolaan limbah.
Sejak 2012 lalu, kata Siti, DPRD Jabar mengesahkan perda tentang pengelolaan limbah B3. Hadirnya perda ini berdampak positif terhadap kesadaran pelaku usaha dalam mengelola limbahnya.
“Sudah 50% limbah medis di Jabar dikelola incinerator (PT Jasa Medivest). Ke depan kita berharap bisa lebih banyak lagi, bisa semuanya,” ujarnya.