Hampir Seribu Kasus Kekerasan Ditangani P2TP2A Jabar

Oleh: Redaksi

Foto net
Foto net

Jurnal Bandung – Hampir seribu kasus kekerasan ditangani Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi Jawa Barat selama kurun waktu 2010-2015 lalu.

Ketua P2TP2A Jabar Netty Prasetyani menyebutkan, selama kurun waktu tersebut, terdapat 946 kasus kekerasan di Jabar.

“Yang paling tinggi kasus kekerasan terhadap anak, khususnya kekerasan seksual mencapai 293 kasus, sisanya kekerasan dalam rumah tangga dan Human trafficking,” terang Netty dalam keterangan resmi yang diterima jurnalbandung.com, Selasa (15/3).‬

Fakta tersebut diungkapkan Netty saat memberikan arahan pada acara Fasilitasi Pengembangan P2TP2A Kabupaten Bandung Barat di Ballroom Gedung B, Kompleks Perkantoran Pemkab Bandung Barat, Senin (14/3/16).‬

Netty menuturkan, segala bentuk kekerasan yang dilakukan terhadap perempuan dan anak tentunya tidak dapat ditolerir.

Namun, kenyataannya, lanjut Netty, kekerasan pada perempuan dan anak saat ini menjadi hidden crime. Ironisnya, 90% pelakunya adalah orang terdekat, bahkan keluarga korban sendiri.‬


‪Tentu saja, jelas Netty, data ini belum sepenuhnya menggambarkan kekerasan di Jabar karena P2TP2A Jabar hanya satu dari banyaknya berbagai lembaga yang sama-sama fokus menangani kasus kekerasan.‬

Nett menambahkan, di Kabupaten Bandung Barat sendiri, warganya banyak yang menjadi korban kekerasan, terutama kekerasan seksual.

Setelah terbentuk P2TP2A Kabupaten Bandung Barat, lalu dibuatlah Satgas dengan diberikan pelatihan oleh BPMPD Jabar, BP3AKB Jabar, dan P2TP2A Jabar.‬

‪”Solusinya dengan mulai menerapkan pola pengasuhan anak berbasis masyarakat (PABM) dan memberikan penyuluhan di Paud dan Posyandu yang tersebar di Kabupaten/kota,” lanjutnya.‬

‪Netty berharap, upaya ini dapat memicu kesadaran masyarakat. Jadi, kata Netty, tidak akan seperti pemadam kebakaran yang datang menangani setelah ada kejadian.

‪”Dengan menitipkan pesan betapa pentingnya ketahanan keluarga, memberikan penanaman nilai agama, dan menimbulkan social awareness untuk melakukan penjangkauan anak-anak mana saja yang mengalami kerentanan,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan