Emil Klaim Sampah Styrofoam di Kota Bandung Berkurang Drastis

Oleh: Bayu Wicaksana

Jurnalbandung.com – Pemkot Bandung terus berupaya dalam meningkatkan kualitas lingkungan menyusul kondisi lingkungan kota yang sudah dikategorikan rusak akibat geliat pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan.

Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengatakan, salah satu upaya yang dilakukannya adalah dengan menekan jumlah sampah berbahan styrofoam. Menurutnya, sejak dua bulan lalu, Pemkot Bandung telah melarang warganya menggunakan styrofoam.

Selain mengancam kesehatan, kata dia, styrofoam pun berkontribusi terhadap jumlah sampah. Berdasarkan catatan Pemkot Bandung, sampah berbahan styrofoam di ibu kota Provinsi Jawa Barat ini mencapai 27 ton/bulannya.

Oleh karena itu, kata dia, masyarakat kini sudah seharusnya menggunakan kemasan yang baik untuk kesehatan dan ramah lingkungan.

“Jadi tidak ada alasan untuk tidak bergeser ke packaging non-styrofoam,” kata Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil saat menghadiri pameran kemasan makanan dan minuman berbahan non-styrofoam di Bandung, Rabu (14/12).

Menurut dia, kemasan berbahan non-styrofoam mudah ditemukan dan harganya terjangkau.

“Jangan selalu membandingkan kebaikan dengan versi harga. Saya kira mahalnya juga enggak berlipat. Tapi, masa depan jauh lebih mahal harganya,” ujarnya.

Saat ini, kata dia, banyak kemasan berbahan lain yang mudah terurai. Sisa-sisa tersebut ramah lingkungan karena akan terurai menjadi kompos hanya dalam waktu 60 hari.

Dia menambahkan, sejak dilarangnya penggunaan styrofoam, jumlah sampah kemasan berbahan tersebut berkurang drastis. Namun, pemkot belum memiliki angka pasti pengurangannya karena masih dalam penghitungan.

Hanya saja, lanjutnya, saat dilakukan larangan penggunaan kantong plastik pada toko swalayan, jumlah sampah plastik tersebut berkurang 40%.

“Pengurangan styrofoam sedang kita hitung,” katanya.

Emil pun menegaskan, pihaknya serius dalam mengawasi pelarangan kemasan berbahan styrofoam ini. Berbagai unsur dikerahkan untuk memastikan tidak ada lagi pihak-pihak yang menggunakan styrofoam.

Kepala Badan Pengelolaan Hidup Daerah (BPLHD) Kota Bandung Hikmat Ginanjar mengatakan, pihaknya masih menghitung jumlah penurunan sampah styrofoam.

Menurutnya, penurunan sampah styrofoam akan diketahui pada bulan depan atau tiga bulan sejak larangan penggunaannya.

Dia pun optimistis tahun depan akan semakin banyak warga yang meninggalkan styrofoam.

“Harganya juga biasa. Saya ngobrol dengan pedagang, kata dia enggak menaikan harga (setelah berganti kemasan dengan non-styforoam),” katanya.

Pameran kemasan berbahan non-styrofoam ini digelar di salah satu pusat perbelanjaan di Kota Bandung. Sejumlah perusahaan pembuat kemasan makanan dan minuman yang ramah lingkungan dan aman untuk kesehatan.

Menurut Sales dan Marketing Manager Avani Benita Carolina, produknya ini ramah lingkungan karena terbuat dari tumbuhan, sehingga mudah terurai. Salah satu produk unggulannya adalah pengganti kantong plastik yang terbuat dari kulit singkong.

Ini bisa diperoleh dengan harga murah yakni sekitar Rp 500-1.500 per bungkusnya. Untuk kemasan pengganti styrofoam, pihaknya memiliki bagasse yang terbuat dari ampas tebu.

Adapun untuk kemasan minuman berbentuk gelas, pihaknya memiliki paper cup yang terbuat dari pati jagung.

“Harganya sekitar Rp1000-Rp2.000. Akan terurai dalam waktu 2-3 bulan,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan