Demam Batu Akik, Pamor Batu Bacan Kian Melangit

Oleh: JB-03

Foto net
Foto net


Jurnal Bandung – Kalau ada orang bertanya, di Bandung sekarang musim apa? kemungkinan besar akan dijawab musim batu akik. Bukan hanya di Bandung, bahkan di seluruh Indonesia kini sepertinya tengah ‘demam’ batu akik.

Batu akik memang sudah lama dikenal luas masyarakat Indonesia. Entah apa penyebabnya, namun kini pamor batu akik kembali naik. Dari sekian jenis batu akik, batu Bacan lah yang pamornya terus melangit.

Bacan adalah nama sebuah pulau di Indonesia bagian timur, tepatnya Maluku Utara yang letaknya tak jauh dari penghasil batu bacan terbesar yakni pulau Kasiruta.

Beberapa tahun ke belakang, pamor batu Bacan terus menguat. Tidak hanya bagi kalangan peminat batu di Indonesia, namun hingga mancanegara.

Menurut ketua Komunitas Pecinta Batu Akik Cimahi Hendi Purwa, batu akik jenis Bacan memang sedang banyak diperbincangkan para pecinta batu akik di Indonesia.

“Betul, memang sekarang batu akik jenis Bacan ini banyak dibicarakan dan dicari sama pecinta batu,” ungkap Hendi kepada Jurnal Bandung di Cimahi, Senin (23/2).

Dia menyebutkan, batu Bacan tergolong batu yang unik. Selain unik, batu bacan tersebut, kata dia hidup. Artinya, batu tersebut bisa berubah warna dengan sendirinya. Ada tiga jenis batu Bacan yakni Bacan Obi, Bacan Palamea, dan Bacan Doko.

“Sebetulnya Bacan itu batunya biasa, tapi unik. Batunya hidup, hidup dalam artian berubah warna dengan sendirinya,” ucapnya.

Dia mencontohkan, keunikan batu Bacan jenis Doko bisa berubah warna. Awalnya batu tersebut berwarna gelap dan tidak tembus cahaya. Namun, jika diperhatikan, lama kelamaan batu itu berubah warna menjadi hijau. Bahkan, Bacan Doko bisa berubah lagi dalam proses ‘pembersihan’ hingga menjadi hijau bening seperti air.

“Sama halnya dengan Bacan Palamea. Kalau Palamea warnanya hijau kebiru-biruan. Kalau Bacan Obi, keunikannya dilihat dari warna dan warnanya juga beragam cuma kalau Obi tidak berubah warna,” jelasnya.

Untuk mempercepat proses berubahnya warna, pemilik batu Bacan biasanya akan terus-menerus memakainya hingga warnanya berubah.

Bacan tidak hanya mampu hidup dan berubah warna secara alami, tetapi untuk beberapa jenis dapat menyerap senyawa lain dari bahan yang melekatinya. Batu Bacan yang dilekatkan dengan tali pengikat (ring) yang terbuat dari emas mampu menyerap bahan emas tersebut sehingga di bagian dalam batu muncul bintik-bintik emas.

Keunikan batu Bacan yang dapat berubah warna secara alami dan menyerap bahan yang melekatinya itulah yang membuat pecinta batu akik kini hangat memperbincangkannya.

Selain itu, batu Bacan memiliki tingkat kekerasan batu 7,5 skala Mohs layaknya batu jamrud, bahkan melebihi batu Giok. Dengan keistimewaan dan keunggulan batu Bacan itulah, banyak pecinta batu mulia dari luar negeri memburunya.

Hendi melanjutkan, perawatan batu Bacan pun tidak terlalu rumit. Batu ini hanya cukup dipakai terus dan tidak harus perlu sering digosok.

“Batu Bacan itu nggak sulit merawatnya, cukup dipakai saja, digosok juga gak usah terlalu sering. Cukup hanya untuk mengangkat kapurnya saja supaya kembali mengkilap,” jelasnya.

Batu Bacan harganya bervariatif. Untuk Bacan Doko berukuran di bawah 2 cm harganya di kisaran Rp500 ribu. Ada pula yang harganya puluhan bahkan ratusan juta rupiah.

“Bacan Palamea pun harganya sama, mulai Rp500 ribu hingga puluhan juta,” imbuhnya.

Namun, untuk Bacan Obi harganya bisa dibilang lebih murah dari Bacan Doko dan Palamea, di kisaran Rp200 ribu hingga Rp1 juta.

“Karena Bacan Obi warnanya banyak yang serupa dengan batu-batu lain selain Bacan,” tandasnya.

Tinggalkan Balasan