Deddy Mizwar: Penyelamatan Bahasa Daerah Penting dan Mendesak

Oleh: Redaksi

Foto Yuga Khalifatusalam
Foto Yuga Khalifatusalam

Jurnal Bandung – Wakil Gubernur Jabar Deddy Mizwar mengungkapkan, penyelamatan bahasa daerah sangat penting dan mendesak.

Menurutnya, Indonesia sebagai negara terkaya bahasa kedua di dunia memiliki hampir 800 bahasa. Namun, 169 bahasa di antaranya kini terancam punah akibat derasnya arus globalisasi dan hanya memiliki penutur antara 500 sampai 1.000 orang.

“Bahasa berpenutur di bawah 500 orang, di antaranya 1 di Sumatera, 12 di Sulawesi, 8 di Kalimantan, dan 28 di Maluku. Jika tidak segera di dokumentasi dan diselamatkan jumlah yang terancam punah akan terus meningkat karena sudah tidak ada lagi generasi muda yang menggunakannya,” sebut Deddy saat membuka Kongres Bahasa Daerah Nusantara di Gedung Merdeka, Kota Bandung, Selasa (2/8).

Kongres Bahasa Daerah Nusantara yang akan diselenggarakan hingga 4 Agustus 2016 ini digelar untuk pertama kalinya dan dihadiri ratusan peserta yang terdiri dari guru, peneliti bahasa, mahasiswa, wartawan, seniman, dan kelompok masyarakat peduli bahasa daerah di Indonesia.

Upaya penyelamatan bahasa daerah menjadi tujuan utama diadakannya kongres yang diinisiasi oleh Pemprov Jabar melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Yayasan Kebudayaan Rancage, dan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Melalui kongres yang mengangkat tema “Peranan Bahasa Daerah dalam Mengokohkan Jati Diri Bangsa” ini, Deddy berharap, dapat menggugah kesadaran masyarakat untuk bersama-sama mengambil bagian dalam upaya penyelamatan bahasa daerah.

“Spirit dari Kongres Bahasa Daerah Nusantara kesatu ini bisa menjadi modal bagaimana kita bisa melestarikan bahasa daerah yang masih tersisa, minimal ada upaya pendokumentasian. Pemerintah daerah berkewajiban sesuai dengan Undang-undang bagaimana melestarikan bahasa daerah dan penuturnya,” ungkapnya.

Kongres Bahasa Daerah Nusantara ini juga menjadi langkah strategis bagi Pemprov Jabar dalam melaksanakan Perda Nomor 14/2014 tentang pemeliharaan bahasa, sastra dan aksara daerah.

“Semestinya setiap daerah melakukan ini, kita sudah melakukannya sesuai amanat Undang-undang,” katanya.

Pemprov Jabar pun berencana akan membiayai Kongres Bahasa Sunda mendatang dan mengharapkan penutur bahasa Sunda bangga akan bahasa daerahnya. Dengan begitu, anggaran publik untuk pengembangan bahasa daerah akan diusulkan untuk ditambah.

Dalam Kongres ini, Yayasan Kebudayan Rancage menganugerahkan Hadiah Sastra Rancage kepada Sastrawan Sunda, Jawa, Bali dan Batak. Penghargan Hardjapamekas juga diberikan kepada Guru Bahasa Sunda tingkat SD, SMP dan SMU.

Kamus Bahasa Sunda terbaru tahun 2016 juga diluncurkan pada kongres ini karya Yayasan Kebudayan Rancage sebagai artefak kebudayaan tertua, yaitu bahasa.

Berikut penerima Hadiah Sastra Rancage 2016 dari Yayasan Kebudayaan Rancage Ajip Rosidi.

Untuk sastra Sunda “Nadran” karya Ahmad Bakri dan bidang jasa kepada Adang S.

Untuk Sastra Bali “Swecan Widhi” karya I Komang Alit Juliartha dan bidang jasa diberikan kepada I Gede Gita Purnama Arsa Putra.

Untuk Sastra Jawa diberikan kepada Andini Pangastuti atas karyanya “Alun Samodra Rasa” dan bidang jasa diberikan kepada Sri Setyowati.

Untuk Sastra Batak diberikan kepada Rose Lumbantoruan atas karyanya “Ulos Sorpi”. Tahun ini tidak ada pemberian bidang jasa untuk Sastra Batak.

Tinggalkan Balasan