Command Center Bandung Dibangun Seperti Sarang Tawon dengan Interior Mirip Pesawat USS Enterprise
Oleh: Ferry Prakosa
Jurnal Bandung – Wali Kota Bandung Ridwan Kamil melakukan peninjauan pembangunan command center. Dalam tinjauannya, pria yang akrab disapa Emil ini terlihat serius mengamati titik demi titik pengerjaan bangunan yang akan menjadi pusat pengendali pengelolaan kota itu.
Bangunan pusat pengendali pengeloaan kota ini didesain menyerupai sarang tawon.
“Ini sudah 60 persen. Ngebut pengerjaanya,” kata wali kota yang akrab disapa Emil ini di Balai Kota Bandung, Selasa (2/12).
Bangunan tersebut kini sudah terlihat layaknya sarang tawon. Emil menyebut bentuk dinding bangunan ini sengaja dibuat melingkar.
“Ya biar lihat dindingnya mudah. Nanti ada 84 layar di tempat ini,” ucap Emil.
Di tempat yang sama, seorang tim desain pembangunan command center menjelaskan, bangunan dinding ini dibuat seperti kurva.
“Persisnya desain sarang tawon,” ucap pria yang enggan disebut namanya.
Filosofi sarang tawon ini menurutnya mengambarkan karakter solid dan kokoh.
“Bentuk sarang tawon itu secara alami kan canggih lalu menghasilkan madu. Jadi pekerja di command center ini karakternya solid dan futuristik,” jelasnya.
Emil melanjutkan, pihaknya juga siap menggandeng kepolisian untuk ikut mengawal markas command center. Di pusat pengendali pengelolaan kota itu, pelayanan publik hingga pemantauan kota bisa dilakukan. Melalui konsep e-government ini, Pemkot Bandung berupaya menjadikan Kota Bandung sebagai smart city.
Pria lulusan Universitas Of Berkeley Amerika Serikat ini menambahkan, command center yang desain interiornya menyerupai pesawat USS Enterprise dalam film Star Trek ini tidak hanya digawangi tenaga ahli non-PNS, tetapi juga dari pihak kepolisian.
“Nanti ada (polisi). Karena nanti kan ada soal lalu lintas dan keamanan,” sebut Emil.
Semua informasi soal Bandung, kata Emil, bisa diupdate di command center. Pihaknya menggelontorkan anggaran hingga Rp30 miliar untuk membangun command center. Sebagai penunjang, kamera CCTV bertebaran di 80 titik. Selain itu, sebanyak 50 kendaraan penunjang pun dipasangi global position system (GPS).
“Nantinya bisa memonitor warga curhat soal macet dan keamanan di mana saja. Location basenya juga bisa ketahuan,” ucap Emil.
Terpisah, Kepala Bidang Telematika Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Bandung Sri Dhiandini mengatakan, tenaga ahli yang dibutuhkan untuk crew command centre mutlak harus menguasai teknologi informatika.
Satu persatu, sebutnya, lamaran untuk menjadi operator di command centre sudah mulai masuk ke bagian Telematika Diskominfo Bandung.
Hingga Selasa (2/12), tak kurang 20 berkas lamaran dari lulusan sekolah tinggi dan universitas berbasis teknologi informatika sudah masuk.
“Kalau yang masuk sekitar 20 lamaran sampai hari ini. Kita tidak memperketat persyaratan, tapi yang layaknya kayak gitu (menguasai IT),” ucapnya.
Sri menambahkan, meski bekerja di lingkungan Pemkot Bandung, operator command centre nantinya tidak akan menjadi pegawai negeri sipil (PNS).
“Status mereka tenaga ahli non PNS yang dikontrak setiap tahun,” jelasnya.
Dia melanjutkan, agar benar-benar mendapatkan pegawai berkualitas, para pelamar akan melalui beberapa kali tes. Jika lulus tes, mereka diwajibkan menjalani training selama 3 bulan.
“Nanti kita bagi dua shift. Satu shift diisi 6 atau 7 orang. kalau informasi kecelakaan dan lalu lintas 24 jam,” pungkasnya.