Budi Dalton: Urang Sunda Sedang Diacak-acak, Ada Dalang Besar Di Balik Babe Saidi

Oleh: Revansyah

CIAMIS: Ada yang menarik dari acara Gelar Usik Galuh yang dilaksanakan Dinas Kebudayaan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Ciamis, Kamis (20/2/2022). Acara tersebut sebagai reaksi terhadap pernyataan Ridwan Saidi terkait pernyataanya tentang Kerajaan Galuh.

Acara tersebut menghadirkan narasumber Prof DR. H. A Sobana Hardjasaputra M.A. Prof DR Nina Herlina Lubis, Rektor Unpad Bandung dan Rektor Unigal Yat Rospia. Hadir pada kesempatan itu sekitar 1000 warga terdiri dari budayawan, seniman, tokoh masyarakat dan unsur Pemerintahan.

Inti pertemuan itu mereka sepakat bahwa Kerajaan Galuh itu ada dan arti Galuh adalah permata, bukan brutal seperti diungkapkan Ridwan Saidi. Mereka mengecam babe Saidi yang sembarangan ngomong tanpa data dan fakta valid.

Salah satu pembicara adalah budayawan sekaligus aktor teureuh Galuh Budi Dalton. Dia menyikapi berbeda  soal pernyataan Budayawan Sunda Ridwan Saidi yang mengatakan Galuh brutal dan Kerajaan Galuh tak ada.

“Akhir-akhir ini kita isu tentang sunda muncul. Kita ini sedang diacak-acak, ini tergantung dalangnya entah mau ke mana tujuannya. Bahwa Galuh itu tak ada itu salah besar,” katanya pada acara Gelar Usik Galuh di Pendopo Ciamis Kamis (20/2/2020).
Budi mengatakan, salah satu cara untuk melumpuhkan sebuah bangsa adalah menghancurkan bahasanya, sejararahnya dan budayanya. “Bahasanya kan sudah hancur, bahasa sunda mulai dilupakan, jadi saya melihatnya ini bagian dari upaya melemahkan urang Sunda,” katanya. Budi yakin di belakang Ridwan Saidi ada dalangnya.

Makanya percuma saja menanggapi Babe Saidi karena sudah salah semuanya. Seperti yang dikatakan Brutal menurut bahasa armenia itu tak ada.

Dipolisikan atau Dibiarkan.

Yang menarik di penghujung acara para peserta yang terdiri dari tokoh Galuh, kabuyutan, mahasiswa, pemuda, ormas dan pemerintahan diminta pendapat, apakah Babe Ridwan Sadidi dipolisikan atau dibiarkan?

Andi M Fikri adalah orang yang menggulirkan itu, bahkan dia memvoting hadirin. “Yang setuju Babe Ridwan dilaporkan ke polisi berdiri, “katanya dengan lantang.
Tak semua hadirin berdiri, Bupati Ciamis, Ketua DPRD Wawakil Raja Galuh Raden Hanif tak berdiri artinya tak setuju Ridwan Saidi dipolisikan. Sebaliknya Rektor Unigal dan beberapa anggota Ormas setuju Ridwan Saidi dipolisikan.

“Ini negara hukum, karena semua setuju bahwa pernyataan Ridwan Saidi salah kaprah, maka kita proses saja ke jalur hukum. Perkara islah urusan nanti,” katanya disambut tepuk riuh hadirin.

Yat Rospita dengan lantang mengatakan, jika Bupati dan yang lainnya enggan melaporkan ke Polisi dirinya sendiri akan memproses secara hukum. Alasannya pernyataan Ridwan Saidi yang mengartikan Galuh adalah brutal dampaknya sangat luas dan menyakitkan. “Bahkan ada yang meplesetkan kalau begitu Universitas Galuh jadi Univesitas Brutal, PSGC juga kan kalau artinya brutal jadi bagaimana,” kata Ketua Dewan Kebudayaan Ciamis, Yat Rospia Brata, yang juga Rektor Universitas Galuh ini.

Yat melanjutkan, atas keberadaan dan kebesarannya, banyak instansi yang memakai nama Galuh. Nama tersebut di antaranya dipakai nama universitas dan instansi militer. “Kami (memakai nama) Universitas Galuh. Kalau dibilang Galuh berarti brutal, masak universitas brutal. Ada juga Brigif Galuh. Ini bahaya sekali (mengartikan Galuh sebagai brutal),” tutur Yat. Yat meminta Ridwan Saidi membuktikan omongannya.

Sementara itu, Bupati Ciamis Herdiat Sunarya yang sebelumnya memprotes pernyataan Ridwan Saidi dan pernah menyatakan akan memproses secara hukum pada acara Gelar Usik Galuh bertindak bijak. “Kepada masyarakat yang akan memproses secara hukum kami ada di belakang begitu kepada mereka yang akan membiarkan kami ada di belakang,” katanya.

Herdiat kembali menegaskan masyarakat Tatar Galuh tidak merasa brutal. Dia justru merasa bangga dengan nama Galuh. Herdiat menambahkan, Galuh berasal dari bahasa Sansekerta yang bermakna permata. Galuh menimbulkan cahaya kesemangatan untuk masyarakat. Herdiat dan warga Ciamis merasa terusik dengan pernyataan Ridwan Saidi. (*)

Tinggalkan Balasan