Banjir Kahatex Bikin Repot Warga, Arus Lalu Lintas Macet hingga 5 Km

Oleh: Dadan Burhan AA

Foto Dadan Burhan AA
Foto Dadan Burhan AA

Jurnal Bandung – Jalan Raya Bandung-Garut dan arah sebaliknya terendam banjir setinggi sekitar 60 centimeter akibat hujan deras selama 12 jam yang mengguyur kawasan Bandung Timur dan Sumedang, sejak Sabtu (27/2) sore.

Hingga saat ini, kawasan tersebut belum bisa terbebas dari banjir. Setiap hujan lebat, kawasan itu dipastikan terendam banjir. Saluran air atau drainase yang tidak berfungsi baik mengakibatkan air meluap dan menggenangi badan jalan.

Pantauan Jurnalbandung.com, air mulai menggenang kawasan tersebut sejak pukul 20.00 WIB. Bahkan, banjir pun sempat menggenangi rumah-rumah warga yang berada di dua wilayah, yakni Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang dan Kecamatan Rancakek Kabupaten Bandung.

Para pengguna jalan dan warga berharap, pemerintah segera berupaya menangani persoalan banjir, agar setiap musim hujan tiba, warga tidak terus menerus dirugikan.

Kemacetan lalu lintas pun tak terelakan, bahkan, antrean kendaraan terlihat hingga 5 kilometer, baik dari arah Garut menuju Bandung maupun sebaliknya.

Kemacetan dari arah Garut dimulai dari Parakanmuncang hingga gerbang masuk Tol Cileunyi. Sementara dari arah Bandung, saat berita ini diturunkan, antrean kendaraan mulai berkurang, terlihat mulai dari Dangdeur hingga depan Pabrik Kahatex.

Di lokasi banjir, terlihat sejumlah petugas kepolisian dari Polres Sumedang dibantu Brimob Jabar. Sejumlah petugas pun tampak mengatur arus lalu lintas agar kemacetan bisa terurai.

Salah seorang pengendara mobil asal Bandung Yaya, 48 mengaku akan pergi ke Garut. Dirinya hanya bisa pasrah saat terjebak macet akibat badan Jalan Bandung-Garut tergenang banjir.

“Saya mau ke Garut kejebak macet dari jam 08.30, sudah 1 jam setengah terjebak macet. Pengenya sih ada solusi terkait banjir di jalan ini (Bandung-Garut). Soalnya setiap musim hujan pasti banjir terus di jalan ini,” ujarnya kepada Jurnalbandung.com, Minggu (28/2).

Pengendara lainnya, Wahyudin, 25, asal Garut yang tengah menuju Bandung terpaksa menerobos banjir karena dirinya harus bekerja.

“Saya terpaksa melintas genangan air karena akan bekerja, takutnya terlambat masuk kerja kalau tidak menerobos banjir,” ungkapnya.

Sementara itu, warga RW 06, Desa Linggar, Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Taufik Hidayah, 24, mengeluhkan banjir setinggi 60 centimeter di tempat tinggalnya setiap hujan deras turun. Pasalnya, kata dia, aktivitas dia dan warga lainnya sangat terganggu, khusunya warga di RW 06 dan RW 07.

“Saya memohon kepada pemerintah tolong atasi masalah banjir ini, agar kami sebagai warga di sini bisa beraktivitas seperti biasa. Karena setiap banjir kami hanya bisa pasrah,” harapnya.

Taufik menyebutkan, banjir yang melanda tampat tinggalnya terjadi akibat luapan Sungai Cimande yang terhubung ke Sungai Citarum. Namun, katanya, saat ini saluran Sungai Cimande dan Sungai Citarum sedang dalam perbaikan yang progressnya sudah sekitar 30%.

“Mudah-mudahan akhir 2016 atau tahun depan, proses berbaikan sudah selesai,” ucapnya.

Hal senada dikeluhkan Nanang Suherman, warga Kampung Warung Cina RT 01 RW 01, Desa Linggar, Kecamatan Rancaekek ini hanya bisa pasrah saat rumahnya terkena genangan banjir.

“Abdi sakeluarga sawewengi teu bobo da cai dugi kalebet bumi, kapaksa cai anu di lebet bumi ditawu ti tabuh opat beres-beres jam tujuh,” tuturnya dengan bahasa Sunda.

Tinggalkan Balasan