Autisme Bukan Dosa Orang Tua, Apalagi Kelainan Jiwa!

Oleh: Ridwan Farid

Foto net
Foto net


Jurnal Bandung – Hingga kini, masih banyak masyarakat yang terjebak dalam sentimen negatif dalam menilai anak autis. Salah satunya, masih kuatnya anggapan jika autisme akibat dosa yang dilakukan orang tuanya. Bahkan, banyak juga yang menganggap autisme adalah kelainan jiwa.

Padahal, anggapan itu salah besar. Autisme bukan akibat dosa yang dilakukan orang tua, apalagi kelainan jiwa.

Autisme terjadi karena adanya kelainan perkembangan syaraf yang menyebabkan penyandangnya kesulitan memahami hubungan sosial dan emosional.

“Masih banyak orang tua yang malu dan tidak tahan dengan stigma negatif masyarakat, yang sering kali mengaitkan autisme dengan dosa orang tua, bahkan kelainan jiwa. Ini kesalahan fatal!” tegas Ketua Art Theraphy Centre Widyatama Anne Nurfarina kepada Jurnal Bandung usai peringatan Hari Autis Sedunia di Gedung Serba Guna Kampus Widyatama, Jalan Cikutra, Kota Bandung, Kamis (2/4).

Oleh karena itu, kata Anne, rehabilitasi terhadap penyandang autisme harus menyeluruh. Tidak hanya pada tindakan medis, tapi juga hal lainnya seperti kemampuan bersosialisasi dan kemampuan akademik yang meliputi aspek kognitif, afektif, serta psikomotorik.

“Perlu dicatat, penyandang autisme sangat peka terhadap hal-hal yang bersifat audio visual dan secara keilmuan kedua aspek ini terkait dengan kreatifitas manusia. Untuk itu di Art Theraphy Center kami mencoba mengolah kreatifitas mereka sebagai bentuk kemandirian,” jelasnya.

Anne melanjutkan, berdasarkan hasil penelitian, sekitar 97% penyandang autisme disebabkan oleh paparan timah hitam dari kendaraan bermotor. Hal itu diketahui dari hasil tes darah yang dilakukan kepada penyandang autisme.

Anne menambahkan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Nasional, jumlah penyandang autisme di Indonesia mencapai lebih dari tiga juta orang dengan pertumbuhan sekitar 500 orang per tahunnya.

“Jumlah sesungguhnya diperkirakan lebih besar lagi karena masih banyaknya orang tua yang menyembunyikan anaknya yang menyandang autisme,” ungkapnya.

Senada dengan Anne, Ketua Rehabilitasi Berbasis Masyarakat (RBM) Kota Bandung Atalia Kamil pun mengatakan, di Kota Bandung, masih banyak orang tua yang enggan membawa anaknya yang menyandang autisme ke dunia luar.

“Mereka malu karena stigma negatif yang berkembang dari lingkungan di sekitarnya,” ucap isteri Wali Kota Bandung Ridwan Kamil itu.

Tinggalkan Balasan