Anggaran Minim, KONI dan Pengurus Cabor Keluhkan Target Juara Umum PON
Oleh: Bayu Wicaksana
Jurnal Bandung – Hampir seluruh pengurus cabang olahraga (cabor) yang akan bertanding pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX/2016 mengeluhkan minimnya anggaran dari Pemprov Jawa Barat. Kondisi ini dirasa memberatkan terlebih di saat mereka ditargetkan mewujudkan Jabar sebagai juara umum PON.
Hal ini terungkap dalam pertemuan antara Wakil Gubernur Jabar yang juga Wakil Ketua Pengurus Besar (PB) PON XIX/2016 Deddy Mizwar dengan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Jabar beserta seluruh pengurus cabor olahraga di Jabar, di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Jumat (9/10).
Ketua KONI Jabar Ahmad Saefudin mengatakan, pihaknya bersama seluruh pengurus cabor akan berupaya semaksimal mungkin dalam memenuhi target juara umum pada ajang olahraga terbesar di Tanah Air ini. Namun, kata Ahmad, upaya ke arah tersebut perlu dukungan yang maksimal, terutama menyangkut keuangan.
“Prestasi sebanding lurus dengan pemenuhan anggaran. Tidak bisa dihindarkan,” kata Ahmad kepada Jurnal Bandung seusai pertemuan.
Menurut Ahmad, terdapat sejumlah komponen penting yang diperlukan untuk mewujudkan target tersebut.
“Kemampuan atlet, peralatan yang harus dipenuhi, program latihan, dan juga uang. Jadi tidak hanya bisa bermodal semangat. Semua komponen ini tidak bisa dipisahkan,” jelasnya.
Dia mengaku, minimnya anggaran yang diterima KONI Jabar dari pemprov sangat menghambat persiapan atlet. Bahkan, kata Ahmad, terdapat cabor yang sama sekali belum melakukan persiapan karena tidak memiliki alat latihan.
“Perbakin belum ada alat-alatnya. Mereka membutuhkan Rp15 miliar, (peralatan) itu sudah sesuai standard,” sebutnya. Contoh lain, cabor layar memerlukan anggaran sekitar Rp6 miliar. Namun, saat ini mereka baru menerima Rp500 juta.
“(Cabor) Paralayang perlu Rp5 miliar, malah belum dikasih. Ini bukti. Mau latihan pakai apa?” keluhnya.
Selain berpengaruh terhadap kelengkapan fasilitas latihan, minimnya anggaran pun berdampak kepada tidak terpenuhinya kebutuhan gizi atlet.
“Uang saku atlet pun tentu tidak maksimal,” kata Ahmad seraya mengatakan atlet pun memerlukan uji tanding ke luar negeri untuk mengukur kemampuan.
Menurut Ahmad, pada 2015 ini, pihaknya mengajukan kebutuhan anggaran ke Pemprov Jabar sebesar Rp269 miliar. Namun, yang diperolehnya hanya Rp80 miliar.
“Ini terjadi tragedi kecelakaan. Rp269 miliar, cair Rp80 miliar. Kondisi ini tidak bisa tinggal diam. Gas yang sudah dilakukan atlet dan pelatih tidak boleh terhenti,” katanya seraya menyebut waktu efektif untuk meningkatkan kualitas atlet hanya tujuh bulan lagi.
Di tempat yang sama, pengurus cabor sepak bola mengaku dana yang dimilikinya sangat kurang untuk menunjang segala kebutuhan selama persiapan PON. Sebagai contoh, pelatih tim sepak bola Jabar hanya digaji Rp2,3 juta. Sedangkan para pemainnya hanya menerima uang saku Rp1,5 juta per bulan.
“Uang makan hanya Rp 30 ribu sehari, vitamin dan gizi belum dapat. Bagaimana kami mau menaikkan VO2-nya,” ucapnya.
Meskipun anggaran yang diterima minim, namun target juara umum PON 2016 masih bisa diraih Jabar. Menurut Ahmad, mengacu kepada prestasi atlet saat ini, ‘Jabar Kahiji’ sangat mungkin diwujudkan. Selain mengukur kemampuan atlet sendiri, pihaknya pun melakukan sejumlah upaya untuk menganalisa kekuatan lawan.
“Kami tahu persis berapa kita unggul dari calon-calon lawan. Kita sudah petakan,” tuturnya.
Untuk menjadi juara umum, kata Ahmad, diperlukan sekitar 18-25% medali emas dari keseluruhan yang diperebutkan.
“PON sekarang ada 753 nomor pertandingan. Kalau ingin juara, amannya 20-25% medali emas, berarti sekitar 151-188 medali emas,” sebutnya.
Sementara itu, Wakil Gubernur Jabar Deddy Mizwar mengatakan, pihaknya sengaja mengundang KONI beserta seluruh pengurus cabor untuk mengetahui sejauh mana persiapan dan kondisi kontingen Jabar.
“Makanya kita duduk sama-sama di sini. Untuk mengetahui ada hambatan apa saja. Jangan sampai nanti ada yang dikambinghitamkan,” kata Deddy.
Menurut Deddy, sukses sebagai tuan rumah PON akan hambar jika tidak dibarengi dengan sukses prestasi. Oleh karena itu, kata Deddy, target juara umum harus diupayakan semaksimal mungkin oleh semua pihak.
“Prestasi ini merupakan masalah kehormatan Jabar, olahraga Jabar.
Kita habis-habisan, segala macam kita optimalkan,” katanya.
Deddy pun memahami betul untuk menciptakan atlet berprestasi membutuhkan biaya yang besar.
“Membina atlet tidak mudah. Perlu waktu, perlu ongkos,” katanya.
Oleh karena itu, pihaknya akan segera membahas hal tersebut dengan DPRD Jabar agar segera memperoleh solusinya.
“Ada komunikasi dan keterbukaan, supaya betul-betul bisa diatasi bersama,” ucapnya.